One Month One Book Fatayat NU Maroko: Seni Merayu Tuhan
OMOB (One Month One Book) kali ini ditemani sahabat Maziyatul Wahidah dengan buku yang berjudul “Seni Merayu Tuhan.” Buku karya Habib Husein Ja’far Al-Haddad ini mengajak para pembaca untuk memperdalam hubungan spiritualnya dengan Tuhan melalui pendekatan yang penuh cinta dan keikhlasan. Secara garis besar, buku ini menggunakan alur terstruktur yang dapat mempermudah pembaca untuk memahami dari dasar dan membangun pondasi yang kuat, hingga mereka dapat menemukan jati dirinya sebagai seorang hamba Tuhan.
Buku ini menjelaskan permasalahan umum alasan seorang hamba tidak bisa mencintai Tuhannya dan porsi keyakinan mereka dalam menerapkan 3 aspek beragama (beriman, berislam, dan berihsan). Terdapat 4 bagian utama dari buku ini, yakni:
1. Beragama dengan cinta: Merayu bukan mendikte
Maksudnya, saat beribadah atau berdoa, kita harus mendekati Tuhan dengan penuh cinta, kita merayu-Nya dengan ketulusan bukan memaksa seolah-olah doa kita harus dikabulkan sesuai keinginan.
2. Beragama dengan keberagaman: Memberi solusi bukan menghakimi
Dalam beragama, kita harus lebih condong membuat solusi bukan sibuk menghakimi atau mengkritik orang lain. Agama itu menyatukan, bukan untuk memperuncing perbedaan.
3. Beragama dengan akhlak: Mengajak bukan mengejek
Pesan nya ialah akhlak dan kebaikan hati lebih penting daripada sekadar label seseorang. Kita diajarkan untuk melihat sisi baiknya dari pada kita melihat masa lalunya dan mengejeknya. Seperti cerita seorang pelacur yang memberi minum kepada anjing yang sedang kehausan. Atas kebaikannya, Allah mengampuni dosanya dan memasukkannya ke dalam surga. Dari sini kita tahu bahwa seorang yang hina pun bisa mendapatkan rahmat dan cinta Allah lewat kebaikan dan ketulusan hatinya.
4. Beragama dengan tulus: Ikhlas bukan culas
Saat kita melakukan sesuatu harus didasari dengan keikhlasan bukan karena ingin mendapatkan pujian. Lakukan sesuatu dengan ikhlas maka hati akan merasa damai. Dan sebaliknya kalau kita melakukan sesuatu karena ada maunya maka hati akan sering merasa kecewa. Karena berbuat baik itu bukan sekadar bermanfaat untuk orang lain tapi juga harus bermanfaat untuk diri sendiri.
Mengapa Tuhan perlu dirayu?
Dengan merayu Tuhan lewat doa, ibadah, dan kebaikan, sebenarnya kita sedang memperkuat hubungan dengan Tuhan. Ini bukan lagi soal membujuk ataupun merayu supaya semua keinginan kita dikabulkan, tapi cara kita menunjukkan cinta, ketulusan, dan kerendahan hati. Toh, manusia aja suka dirayu dengan kata-kata bukan? Masa sama Tuhan kita nggak mau menunjukkan rasa cinta kita dengan doa-doa?
Part favorit: “Oleh karena Dia Maha cinta, maka Dia Maha Pencemburu.”
Maksud kalimat di atas ialah, Allah memiliki cinta yang begitu besar kepada hamba-Nya, maka Allah juga tidak akan suka kalau cintanya terbagi kepada selain-Nya. Kecemburuan Allah tidak seperti rasa cemburu manusia, kecemburuannya merupakan bentuk kasih sayang-Nya agar kita tetap dekat dan tidak berpaling dari-Nya.
Bertandang di Kota Oujda lewat postingan terbaru Lesbumi NU Maroko
Baca juga: Kuburan Maroko Tidak Menghadap Kiblat?