Hindia Belanda: Dari Banten sampai VOC
One Month One Book Fatayat NU Maroko: Semua untuk Hindia
OMOB kali ini, kita diajak untuk kembali melihat sejarah yang terjadi di Indonesia. Terutama awal mula penjajahan Belanda mulai menyerang bangsa ini dari sebuah buku yang berjudul “Semua untuk Hindia” yang dibedah oleh Sahabat Nur Zannah Simanjuntak.
Buku ini menceritakan tentang penjajahan di Indonesia yang dilakukan oleh Belanda. Pertama kali Belanda datang untuk menjajah Indonesia yaitu melalui jalur laut atau yang disebut dengan pelayaran.
Pada 2 April 1595, bangsa Belanda mengirim ekspedisi penjelajah ke dunia timur untuk mencari Kepulauan rempah-rempah. Saat itu, Ada sebanyak empat kapal yang membawa 249 Awak kapal dan 64 Meriam, berangkat dibawah pimpinan Cornelis De Houtman.
Cornelis De Houtman adalah seorang penjelajah asal Belanda yang hendak berlayar ke Indonesia untuk membeli rempah-rempah. Cornelis De Houtman sebenarnya belum mengetahui letak pasti Indonesia. Akhirnya ia bersama pasukannya bersikeras untuk tetap berlayar dan terjebak di pelayaran selama 4 hari. Selama terjebak di pelayaran, beberapa orang dari pasukan Cornelis De Houtman terjangkit sebuah penyakit dan meninggal. Setelah lama berlayar, akhirnya mereka menemukan sebuah pulau yang ternyata pulau tersebut adalah Pulau Banten. Mereka pun mendarat di salah satu Pelabuhan Lada terbesar di Jawa Barat saat itu.
Kedatangan mereka disambut hangat oleh sultan dan masyarakatnya. Alasan sultan banten menyambut baik kedatangan bangsa Belanda pada tahun 1596 adalah karena Belanda hanya terfokus pada bidang perdagangan. Akan tetapi, awak kapal menunjukan tabiat buruk dan tidak menghormati masyarakat setempat. Itulah yang menyebabkan Cornelis De Houtman dan seluruh awak kapal diusir dari Banten.
Setelah diusir, Cornelis De Houtman membawa pasukannya menyusuri Pantai utara Jawa dan sempat singgah di Bali. Pelayaran Cornelis De Houtman sebenarnya tidak terlalu sukses karena mereka belum menemukan pusat rempah-rempah di timur Nusantara.
Namun di sisi lain, Cornelis De Houtman berhasil membawa rempah-rempah untuk menunjukkan keberhasilan mereka. Selain itu, pelayaran yang dipimpin oleh Cornelis De Houtman telah mewariskan jalur pelayaran dari Eropa ke Indonesia bagi penjelajah Belanda berikutnya. Sejak pelayaran Cornelis De Houtman ke Nusantara, perusahaan-perusahaan Belanda saling bersaing untuk memperoleh bagian dari rempah-rempah Indonesia.
Pada 1598, sebanyak 22 kapal milik lima perusahaan Belanda yang berbeda berlayar ke Nusantara, dibawah pimpinan Jacob van Neck. Kedatangan mereka bertujuan untuk memperbaiki kesalahan yang dilakukan oleh Cornelis De Houtman. Selain itu, pasukan mereka ini memberikan cinderamata berupa tempat minum dari emas murni kepada penguasa banten.
Dikarenakan kepandaian mereka dalam berdiplomasi, pasukan Jacob van Neck diterima dengan baik oleh masyarakat Banten. Hubungan baik tersebut semakin terlihat saat Banten mengizinkan Belanda mendirikan kantor dagang atau loji.
Pada 1599–1600, mereka kembali ke Belanda dengan mengangkut banyak rempah-rempah dan memperoleh keutungan mencapai 400%. Dengan banyaknya keuntungan itu, mereka membentuk sebuah organisasi bernama Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) yang menyatukan para pengusaha Belanda.
Pada 1602, di Banten terdapat empat loji milik Belanda dan VOC berhasil mengganggu Portugis yang memonopoli perdagangan di Nusantara sebelumnya. Dapat dikatakan bahwa dalam waktu lima tahun sejak pendaratan Cornelis De Houtman di Banten, Belanda telah memulai penjajahan di Indonesia.
Itulah mengapa, Pelayaran Cornelis De Houtman juga bisa dianggap sebagai awal keberhasilan bagi Belanda.
Mengapa Indonesia dikenal dengan nama Hindia Belanda ?
Selama masa penjelajahan di abad ke-16, Hindia Timur merupakan istilah yang umum digunakan oleh orang Eropa untuk menyebut wilayah anak benua India atau Asia Selatan, Asia Tenggara, dan pulau-pulau Oseania.
Ketika pertama kali sampai di Kepulauan Nusantara (sebelum bernama Indonesia), mereka melihat bahwa Kepulauan Nusantara adalah pusat rempah-rempah yang selama ini mereka cari. Bangsa Eropa pertama yang mencapai Nusantara adalah orang-orang Portugis, kemudian disusul oleh Spanyol, Inggris, dan Belanda. Mereka memerebutkan Nusantara yang kaya akan rempah-rempah dan akhirnya dimenangkan oleh Belanda. Ketika Nusantara berada di bawah kekuasaan Belanda, namanya kemudian diubah menjadi Nederlandsch Indie (Hindia Belanda) atau Nederlandsch Oost-Indie (Hindia Timur Belanda) sebagai tanda bahwa wilayah Nusantara menjadi daerah koloni atau jajahan Belanda.
Mengapa Belanda tidak mengakui adanya rasa menjajah Indonesia dan tidak mencantumkan dalam sejarahnya bahwa mereka pernah menjajah Indonesia?
Belanda sudah mengembalikan 500 lebih properti berharga yang telah ambil oleh mereka dan meminta maaf karna mereka malu sudah menjajah Indonesia.
Mengapa bahasa Belanda tidak digunakan di Indonesia seperti negara jajahan Inggris yang sampai sekarang terkena dampak budaya dan bahasanya?
Hal ini terjadi karena karakter penjajahan Belanda di negara jajahannya berbeda dengan penjajahan Inggris. Belanda tidak mencoba menerapkan invasi kebudayaan. Budayanya tidak berusaha diterapkan dan bahasanya tidak diajarkan di Indonesia.
Indonesia sendiri menerapkan bahasa Indonesia menjadi bahasa nasional sebagai simbol perlawanan terhadap kolonialisme dan upaya untuk memerdekakan diri dari pengaruh penjajah. Ini adalah bentuk afirmasi identitas nasional yang mandiri dan bebas dari pengaruh asing.
Penjajahan yang dulu dilakukan oleh bangsa-bangsa asing terhadap negara kita telah meninggalkan jejak sejarah yang mendalam. Namun, saat ini, tantangan baru muncul, yaitu ancaman yang datang dari dalam bangsa itu sendiri, seperti korupsi, ketidakadilan sosial, dan perpecahan antarsesama. Untuk menjaga kemerdekaan yang telah diperjuangkan dengan susah payah, kita harus bersatu, memperkuat rasa nasionalisme, dan bekerja sama untuk membangun bangsa yang lebih adil dan berdaulat. Sebab sejatinya kemerdekaan itu bukan hanya bebas dari penjajahan luar, tetapi juga bebas dari segala bentuk kemunduran dan ketidakadilan yang dapat merusak bangsa.
Baca Buletin terbaru kami: Buletin LTN NU Maroko “Kotakin” edisi Perdana; Oktober-November 2024
atau kunjungi flip untuk pengalaman membaca