Syekh Said al-Kamali: Dari Administrasi Pariwisata, Jadi Ulama Maroko Ternama

Syekh Said al-Kamali: Dari Administrasi Pariwisata, Jadi Ulama Maroko Ternama

Syekh Said al-Kamali: Dari Administrasi Pariwisata, Jadi Ulama Maroko Ternama

Oleh: Muhammad Valentino Saputra

Maroko, sejak awal hingga abad ke-10 Hijriah, telah menjadi pusat ilmu pengetahuan yang melahirkan banyak ulama besar. Peran mereka sangat signifikan dalam penyebaran Islam, ilmu fikih, hadis, tasawuf, hingga ilmu sosial di Dunia Islam. Pada abad ke-5 Hijriah, Maroko melahirkan ulama terkemuka seperti Qadhi Iyadh. Di abad ke-7, muncul pengarang kitab Jurumiyah, Ibn Ajurrum Abu Abdillah Muhammad bin Muhammad bin Dawud Al-Shinhaji. Selain itu, pada abad ke-9 Hijriah, kita mengenal Syekh Sulaiman al-Jazuli, pengarang kitab Dalail al-Khairat yang banyak dikaji di kalangan umat Islam.

Sampai sekarang, Maroko masih terus mencetak ulama hebat dari berbagai bidang ilmu. Salah satunya adalah Syekh Said al-Kamali.

‘Banting Setir’ dari Administrasi Pariwisata

Said bin Muhammad al-Kamali, ulama mutafannin ini lahir di Rabat pada tahun 1972 M. Tumbuh di lingkungan yang taat agama dan mencintai ilmu, sejak kecil beliau sudah banyak belajar ilmu agama. 

Syekh Said al-Kamali menyelesaikan pendidikan menengah di Madrasah Tsanawiyah dan Aliyah di Dar-es-Salam dan Moulay Yousouf, Rabat. Kemudian meraih gelar sarjana dan magister dalam bidang Manajemen dan Administrasi Perusahaan Pariwisata dari Universitas Internasional Pariwisata di Tangier. Namun di luar dugaan, beliau memilih ‘banting setir’ melanjutkan studi ‘alimiyah dan magisternya di Universitas Muhammad V, Rabat, dalam bidang Studi Islam, dengan tesis berjudul Al-Ahkam Asy-Syar’iyyah fi Al-Asfaar Al-Jawwiyyah. Tidak lama kemudian, beliau meraih gelar doktoral dengan disertasi berjudul Al-Ijtihad Al-Mu’aashir wa Al-Musykilaat Al-Insaaniyyah.

Syekh Kamali sudah hafal Al-Qur’an sejak belia. Tak hanya menguasai satu qiraah, tetapi menguasai 10 qiraah (Qiraah ‘Asyrah) buah talaqqi kepada gurunya, Al-Muqri’ Syekh Abdur Rahim Nabulsi, selama enam tahun.

Murid dari Ulama Mancanegara

Ulama karismatik ini mengabdikan dirinya untuk menekuni ilmu, khususnya bidang agama. Beliau menghafal Kutubussittah lengkap beserta sanad dan rijalnya, hingga akhirnya menerima ijazah dari gurunya, Syekh Muhammad Amin Bukhubzah.

Perjalanan intelektual beliau ditempuh di berbagai negara. Di Maroko, beliau menuntut ilmu dari sejumlah ulama besar, seperti Syekh Roughi Zarwali (mantan Rektor Universitas Qarawiyyin), Syekh Muhammad Najjar, dan Syekh Farouq Hammadah. Tak puas hanya dengan itu, Syekh Kamali juga belajar di tanah Syinqith (Mauritania), di mana beliau berguru kepada Syekh Muhammad Salim Abdul Wadud dan Syekh Muhammad Al-Hasan Ad-Daduw. Dari Syekh Ad-Daduw, beliau menerima ijazah untuk kitab Al-Muwattha’ dengan dua riwayat: Yahya bin Yahya Al-Laitsi dan Abu Mush’ab Az-Zuhri, serta berbagai kitab lainnya seperti Kutubussittah, Alfiyyah Al-Iraqi, dan Nadzmu Al-Fasih karya Ibn al-Murahhal.

Tak hanya di Maroko dan Mauritania, pencarian ilmu Syekh Kamali membawanya ke Mesir, tepatnya di Masjid Al-Azhar, di mana beliau bertemu dengan berbagai ulama terkemuka. Dari sana, perjalanan intelektualnya berlanjut ke tanah Hijaz, khususnya Makkah dan Madinah, di mana beliau mendalami ilmu dari ulama-ulama besar seperti Syekh Athiyyah bin Salim, Syekh Abdul Muhsin Al-Abbad, dan Syekh Muhammad Al-Mukhtar bin Muhammad Al-Amin As-Syinqithi.

Magnet Berbagai Kalangan

Syekh Kamali dikenal sebagai pribadi ramah dan menenangkan. Keistimewaan beliau semakin terasa saat menunjukkan hafalan sanad hadis beserta riwayat para rawinya dengan penjelasan mendalam mengenai sejarah setiap perawi. 

Karasi Muwattha’ beliau di Masjid al-Sunnah di Rabat selalu ramai, dihadiri oleh banyak orang dari berbagai kalangan, tua maupun muda. Mereka menyimak dengan penuh perhatian dan khusyuk. Ruangan majelis seringkali penuh, terutama pada malam Jumat. Jamaah rela beriktikaf berlama-lama hanya untuk mendengarkan penjelasan kitab Muwattha’ yang fenomenal ini.

Karasi ini tidak hanya diadakan di Rabat, tetapi juga di Masjid Arbain, Tangier. Setiap Selasa malam, masjid ini juga dipenuhi oleh jamaah dari berbagai daerah.

Syekh Kamali telah mengampu Karasi Muwattha’ selama 10 tahun, namun belum pernah mengkhatamkannya. Beliau memiliki manhaj khusus yang mirip dengan metode ulama salaf, lebih mengutamakan pemahaman mendalam daripada sekadar kecepatan menyelesaikan kitab. Dalam suatu kesempatan, beliau menjelaskan:

نحن عندما شرعنا لشرح الموطأ رأينا أن نبدي لكم منهج أسلافكم من المغاربة ونحن نستطيع أن نختمه في سنة واحدة لكن هل هذا هو المراد أن يقال فلان ختم الموطأ؟ ليس هذا هو الغرض. ليس الغرض متى نصل ونحن لا نسابق أحدا ونحن نتعبد الله بما نجلس له

“Ketika kami memulai syarah Muwattha’, kami ingin memperlihatkan kepada kalian metode ulama salaf dari Maroko. Kami bisa saja menyelesaikan Muwattha’ dalam satu tahun, tetapi apakah itu yang diinginkan? Bahwa si Fulan telah menyelesaikan kitab Muwattha’? Bukan ini tujuan kami. Kami tidak berlomba-lomba dengan orang lain. Tujuan kami adalah beribadah kepada Allah dengan apa yang kami pelajari.”

Cendekiawan Multibahasa

Selain menjadi seorang ulama yang hafal banyak kitab, Syekh Said al-Kamali juga merupakan akademisi yang pernah mengajar di Universitas Mohammed V, Rabat. Beliau aktif mengisi seminar di berbagai negara Timur Tengah maupun Eropa. Saat ini, beliau juga menjadi dosen Institut Imam Nafi’ di Tangier.

Syekh Kamali dikenal dengan penguasaan bahasa yang luas, termasuk bahasa Arab, Inggris, Prancis, dan Jerman. Kecerdasannya tercermin dalam kemampuannya menguasai bahasa Jerman di waktu singkat untuk memberikan ceramah di Jerman tanpa penerjemah.

Selain itu, beliau juga memiliki beberapa karya, antara lain:

  • Al-Ahkam Asy-Syar’iyyah fi Al-Asfaar Al-Jawwiyyah
  • Jany Al-Tsamarat min Nazhmil Waraqaat
  • An-Naqd wat-Ta’liil li Binaa’ Al-Ahkam ‘ala ma Ushshila fi Al-Bayan wat-Tahshil

Syekh Said al-Kamali dihormati sebagai ulama yang cerdas, wibawa, dan memiliki metode pengajaran yang memukau hingga mudah dipahami. Hal ini menjadikannya sosok yang disukai oleh banyak orang, dari berbagai kalangan. 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *