Melihat Lebih Dalam Esensi Ibadah Haji

Sebentar lagi (15/6), para calon jemaah haji akan berbondong-bondong menuju Arafah untuk menunaikan rukun terpenting haji yaitu wukuf. Begitu pentingnya ritual ini, hingga Rasullullah saw. bersabda bahwa substansi haji adalah wukuf di Arafah.

Hari Arafah sangatlah mulia, sampai-sampai Allah Swt. menurunkan malaikat untuk menyaksikan hamba-Nya bermunajat. Hal ini berdasarkan pada hadis yang diriwayatkan oleh Jabir ra.

إن الله يباهي بأهل عرفات أهل السماء، فيقول: انظروا إلى عبادي جاءوني شعثًا غبرًا

Artinya: “Sesungguhnya Allah membanggakan para jamaah Arafah di hadapan para penduduk langit. Dia berfirman: Lihatlah hamba-hamba-Ku, mereka datang kepada-Ku dalam keadaan kusut dan berdebu.”

Juga pada waktu inilah para jemaah haji dianjurkan untuk memperbanyak rapalan doa, memohon ampun kepada Allah Swt. atas dosa dan kesalahan di masa lalu. Sementara itu bagi yang belum berkesempatan untuk melakukan ibadah haji dianjurkan untuk berpuasa di Hari Arafah dengan ganjaran dihapus dosa tahun lalu dan sesudahnya.

Ibadah haji bukan sekedar ritual ibadah, bahkan lebih dari itu. Haji merupakan ibadah yang mendidik umat untuk menuju kesempurnaan dirinya, menjadi pribadi yang paripurna (insan kamil). Dengan demikian tidak diragukan lagi bahwa peribadatan ini dikenal sebagai penyempurna keislaman seseorang. Ibadah haji sendiri berdampak adiktif bagi masyarakat. Animo masyarakat yang sedemikian tinggi bisa ditandai dengan banjirnya antri calon jemaah haji setiap tahunnya.

Dalam riwayat Imam Ahmad, dikisahkan Rasulullah saw. pernah ditanya apa itu tanda seseorang mendapat haji mabrur? Kemudian beliau menjawab, “Memberikan makanan dan menebarkan kedamaian.” Demikianlah, seperti ibadah-ibadah lainnya, ke-mabrur-an haji justru dibuktikan selepas menunaikannya.

Harus diingat, imbas dari keteguhan melaksanakan semua ritual ibadah harus berbanding lurus dengan grafik perbaikan kualitas relasi antar sesama manusia. Kualitas ibadah seseorang tak hanya diukur dari seberapa khusyuk dalam menunaikannya, melainkan juga bisa diukur dari seberapa peka terhadap kondisi sosial masyarakat setempat.

Sebenarnya esensi ibadah haji itu tidak hanya sebatas melakukan ritual di Makkah saja, melainkan bisa juga dilakukan dengan menunjukan rasa peduli terhadap sesama. Hal ini berangkat dari kisah Abdullah ibn Mubarok yang pernah mengurungkan niatnya untuk melaksanakan haji karena ia menjumpai wanita tua yang memungut bangkai bebek di pinggiran kota Kuffah untuk dimakan keluarganya yang menderita kelaparan. la merasa bahwa membantu fakir miskin yang sangat membutuhkan lebih esensial daripada menunaikan haji.

Kisah Ibn Mubarok ini mengisyaratkan pelajaran yang sangat penting, bahwa kepekaan terhadap sosial lebih didahulukan dari pada ritual haji ke Makkah. Hal demikian dinilai tepat, sebab menimbang sisi kemaslahatan sesuai dengan kondisi yang dihadapinya. Buat apa berkali-kali haji namun tidak peka atau abai terhadap realitas sosial, apalagi jika tujuan dari menunaikan haji berkali-kali hanya untuk mengejar pencitraan.

Jangan sampai berlaku elok hanya ketika berada di tempat-tempat mulia tersebut, lalu ketika selepas tiba di tanah air kembali lagi seperti semula. Bekas (atsar) kemabruran haji tak terbatas ketika di tanah haram. Namun, juga mencakup bagaimana kita berkomitmen merubah karakter diri kita menjadi lebih baik ketimbang sebelumnya.

Maka dari itu bisa disimpulkan semua apapun bentuk ibadah dalam Islam mengajarkan umat manusia agar terbebas dari belenggu apapun, lalu tunduk kepada yang maha kuasa. Menemukan hakikat kemanusiaan sebagai hamba (QS Adz-dzariat: 56), itulah pesan substansial dari ibadah. Beribadah berarti mentransformasikan diri menjadi manusia seutuhnya. Untuk itu diperlukan perubahan paradigma dalam beribadah agar tidak terjebak pada formalitas ritual.

Daftar bacaan:

Kitab an-Nawadir lis Syekh Syihabuddin Ahmad al-Qolyubi

Penulis: Mohammad Averoes Yusrol Arif (Mahasiswa Univ Ibnu Tofail Kenitra)

Ikuti kegiatan kami lewat instagram @pcinumaroko

Simak artikel terbaru kami

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *