PCINU Maroko Adakan Pertemuan untuk Sambut Kunjungan Dr. Amany Lubis dan Ibu Safira

Rabat, 21 Desember 2024—PCINU Maroko mengadakan Lailatul Ijitima’ bersama Ibu Safira Machrusah (Wasekjen PBNU) dan Prof. Dr. Amany Burhanudin Lubis—yang tempo hari mendapatkan penghargaan wanita inspiratif dari Maroko. Pertemuan diselenggarakan di sekretariat PPI Maroko yang dihadiri sekitar 35 warga nahdiyin dari kota Rabat dan sekitarnya. Turut hadir juga rekan-rekan PCIM Maroko, termasuk Jundi Abdurrahman, Lc. ketua PCIM Maroko saat ini.

Acara ini diinisiasi oleh LDNU Maroko, untuk menyambut kunjungan dua tokoh besar tersebut ke Maroko. Acara dibuka selepas salat magrib oleh Sania Rifka, anggota LDNU, yang bertugas sebagai pembawa acara. Agenda dilanjutkan dengan sambutan oleh ketua Tanfidziyah PCINU Maroko, Moch. Cholilur Rahman, Lc. Ia mengucapkan terimakasih pada dua tokoh tersebut karena berkenan hadir di pertemuan ini. Tak lupa pula sambutan oleh Ahmad Ihabul Fathi, Lc., sebagai katib Syuriah PCINU Maroko. Di sambutannya, ia menjelaskan program-program dari beberapa lembaga PCINU, yang bertujuan untuk pengembangan sumber daya anggota.

Agenda berlanjut ke acara inti, yaitu penyampaian materi oleh Ibu Amany Lubis. Beliau menyampaikan beberapa nasihat dan menceritakan pengalaman-pengalamannya yang sangat inspiratif. Di sini beliau juga menceritakan hubungannya dengan Maroko yang sudah mulai intens sejak 2015, di mana beliau mengikuti program Visiting Dosen di Universitas Ibnu Tofail, Kenitra, selama dua bulan. Lalu pada tahun 2017, Dr. Amany diundang lagi ke Maroko untuk berpidato di depan Raja, Muhammad VI. Di situ beliau memaparkan materi tentang pentingnya kerjasama antara pemimpin dan rakyat untuk membangun negara, beliau juga menyampaikan salam dari 80 juta anggota organisasi wanita di Indonesia pada Raja. Dan yang terakhir pada tahun ini, beliau mendapatkan penghargaan internasional “Fatima Al-Fihrya” sebagai wanita inspiratif, dari Forum Azzahra for Moroccoan Women, organisasi wanita Maroko.

Selanjutnya, beliau memaparkan bahwa penghargaan tersebut merupakan hasil manifestasi banyak faktor dari dedikasi yang panjang. Beliau selalu menghormati mahasiswa, selalu ikhlas dalam membantu mereka dan tidak berharap untuk mendapatkan pujian atau penghormatan dari apa yang ia kerjakan. Beliau juga menekankan pentingnya menjaga silaturrahmi, “Jika saya kenal seorang tokoh, saya akan selalu mengirim ucapan saat hari raya. Saya selalu menjaga hubungan,” ucapnya untuk menjelaskan hubungannya dengan Dr. Basima—tokoh wanita Maroko yang merekomendasikannya untuk mendapat penghargaan tersebut.

“Saya dedikasikan penghargaan ini untuk semua perempuan yang berjuang di keluarga, memajukan masyarakat dan negara.” Ucapnya saat ditanya tentang kesan ketika mendapat penghargaan.

Acara dilanjutkan ke agenda inti berikutnya yaitu muhadhoroh oleh Ibu Safira Machrusah, perwakilan MUI yang menghadiri acara penyerahan penghargaan Ibu Amany di kota Fes tempo hari. Beliau sangat menghormati Ibu Amany, “Ia adalah wanita pertama yang menjadi rektor di lingkungan Universitas Islam Negeri,” ucapnya. Karakter yang beliau suka adalah konsisten dalam menjalin silaturahmi tanpa memandang jabatan. Dan hal inilah—yang menurut beliau—merupakan rahasia kesuksesan Ibu Amany selain dari dedikasi dan kerja ikhlasnya.

Selanjutnya Ibu Safira menceritakan berbagai dinamika yang terjadi di PBNU pusat. Di mana, PBNU pusat sekarang tengah memperbaiki sistem manajemen dan memulai digitalisasi dalam beberapa hal untuk mengikuti perkembangan zaman. Ia juga berpesan pada PCINU Maroko agar melakukan hal serupa, “Saya harap PCINU Maroko bisa melakukan perubahan-perubahan yang sesuai dengan apa yang terjadi dunia hari ini,” harapnya. Tapi ia juga berpesan meskipun dunia terus berubah, kita tidak boleh menghilangkan tradisi-tradisi yang telah kita bangun, seperti mutolaah kitab kuning dan tradisi diskusi.

Lebih dari itu, ia merasa sangat takjub pada PCINU Maroko. Organisasi ini tidak hanya berfokus pada hal-hal akademik, tapi hal-hal yang berbau finansial seperti penyediaan beasiswa, “Misalnya memberikan beasiswa, ini kan sangat luar biasa”, ungkapnya. Hal itu membuktikan bahwa PCINU Maroko adalah organisasi yang kuat dan berdikari. Ditambah lagi program-program seperti kurban, juga membuat PCINU Maroko memiliki keistimewaan tersendiri. Ia juga berpesan kepada para pengurus agar menjadi duta yang menyuarakan suara PBNU pada masyarakat di negara manapun.

Agenda dilanjutkan dengan sesi tanya jawab, yang kemudian diikuti dengan foto bersama. Lailatul Ijtima’ malam itu berlangsung sekitar tiga jam, yang akhirnya ditutup dengan acara makan bersama. Perbincangan serasa hangat dan akrab, pengalaman-pengalaman dan nasihat yang disampaikan mengandung manfaat dan makna yang mendalam.

Simak siaran ulang lewat Instagram PCINU Maroko @pcinumaroko

Baca artikel terbaru kami

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *