Bolehkah Mengalokasikan Zakat Fitrah Untuk Pembangunan Masjid?

Melihat Hukum Menggunakan Zakat Fitrah Untuk Membangun Masjid Atau Keperluan Lain Yang Bersifat Umum

Hasil Musyawarah Fathul Qarib Lakpesdam PCINU Maroko,15 Rabiul Akhir 1446 H/ Jum’at 18 Oktober 2024 M

Pengalokasian zakat fitrah merupakan permasalahan kompleks yang terjadi di zaman sekarang. Meskipun pembagian mustahik zakat telah ditetapkan di dalam Al-Quran, namun hal tersebut tidak serta merta menghilangkan permasalahan yang terjadi di masyarakat. Kenyataan yang terjadi di masyarakat banyak kasus zakat fitrah yang  dialokasikan untuk pembangunan masjid dengan dalih, bahwa masjid yang biasa digunakan untuk kegiatan keagamaan telah rusak atau membutuhkan renovasi yang barangkali membutuhkan biaya yang tidak kecil. Lantas, bagaimanakah prespektif fikih menanggapi dinamika permaslahan semacam di atas?

PERTANYAAN:

Apakah diperbolehkan zakat fitrah dialokasikan untuk pembangunan masjid?

JAWABAN

Menurut jumhur mazhab Syafi’i, tidak diperbolehkan mengalokasikan zakat fitrah untuk pembangunan masjid. Hal ini dikarenakan nas yang menyebut tentang pembagian mustahik zakat tidak satupun menyebutkan masjid sebagai mustahik zakat:

إِنَّمَا الصَّدَقَاتُ لِلْفُقَرَآءِ وَالْمَسَاكِينِ وَالْعَامِلِينَ عَلَيْهَا وَالْمُؤَلَّفَةِ قُلُوبُهُمْ وَفِي الرِّقَابِ وَالْغَارِمِينَ وَفِي سَبِيلِ اللَّهِ وَابْنِ السَّبِيلِ فَرِيضَةً مِّنَ اللَّهِ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ

Artinya, “Sesungguhnya zakat hanya untuk orang-orang fakir, orang miskin, amil zakat, yang dilunakkan hatinya (muallaf), untuk (memerdekakan) hamba sahaya, untuk (membebaskan) orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai kewajiban dari Allah. Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana,” (QS At-Taubah [9]: 60).

Namun kendati demikian, ada pendapat dari sebagian ashabus Syafi’i yaitu Imam Al-Qoffal, yang memperbolehkan pengalokasian zakat fitrah untuk pembangunan masjid. Lebih dari itu, beliau membolehkan pengalokasian zakat fitrah untuk seluruh sektor kebaikan, seperti mengafani orang yang meninggal, membangun benteng Dan termasuk juga membangun masjid. Beliau berpendapat bahwa zahir lafaz dalam firman Allah Swt. “fi sabilillah” tidak mengandung kepastian hanya mencakup setiap orang yang berperang saja, Karna firman Allah tersebut bersifat umum mencakup semua kebaikan.

Kongklusi hukum dalam permaslahan diatas bisa diringkas menjadi dua:

  1. Tidak diberbolehkan ( jumhur Syafi’iyah)
  2. Diberbolehkan (Sebagian ashabus Syafi’i, diantaranya Imam Al-Qoffal).

REFERENSI:

  1. Ibaroh yang tidak memperbolehkan:

إتَّفَقَ الْأَئِمَّةُ الْأَرْبَعَةُ عَلَى أَنَّهُ لَا يَجُوزُ إِخْرَاجُ الزَّكَاةِ لِبِنَاءِ الْمَسْجِدِ أَوْ تَكْفِينِ مَيِّتٍ ـ

(جزء ٢ ص١٣- كتاب الميزان الكبرى للامام الشعراني)

لا يستحق المسجد شيأ من الزكاة مطلقا اذ لا يجوز صرفها الا لحر مسلم

( ص١٠٦- كتاب البغية المسترشدين للشيخ عبد الرحمن بن محمد المشهور )

  • Ibaroh yang memperbolehkan:

وَاعْلَمْ أَنَّ ظَاهِرَ اللَّفْظِ فِي قَوْلِهِ : {وَفِى سَبِيلِ اللَّهِ} لَا يُوجِبُ الْقَصْرَ عَلَى كُلِّ الْغُزَاةِ ، فَلِهَذَا الْمَعْنَى نَقَلَ الْقَفَّالُ فِي “تَفْسِيرِهِ” عَنْ بَعْضِ الْفَقَهَاءِ أَنَّهُمْ أَجَازُوا صَرْفَ الصَّدَقَاتِ إِلَى جَمِيعِ وُجَوهِ الْخَيْرِ مِنْ تَكْفِينِ الَمَوْتَى وَبِنَاءِ الْحُصُونِ وَعِمَارَةِ الْمَسَاجِدِ ، لِأَنَّ قَوْلَهُ : {وَفِى سَبِيلِ اللَّهِ} عَامٌّ فِي الْكُلِّ.

( جزء ١٠ ص١٢٧- كتاب المفاتيح الغيب للشيخ فخر الدين الرازي )

وَنَقَلَ القَفَّالُ عَنْ بَعْضِ الفُقَهَاءِ اَنَّهُمْ أَجَازُوْا صَرْفَ الصَّدَقَاتِ جَمِيْعَ وُجُوْهِ الخَيْرِ مِنْ تَكْفِيْنِ المَوْتَى وَبِنَاءِ الحُصُوْنِ وَعِمَارَةِ المَسْجِدِ لِأَنَّ قَوْلَهُ تَعَالَى “فِى سَبِيْلِ اللهِ” عَامٌ فِى الكُلِّ.

( ص٣٤٤- تفسير مراح لبيد للشيخ محمد بن عمر نووي الجاوي )

Ikuti kegiatan kami di instagram @pcinumaroko

Baca Kotakin; Buletin Perdana PCINU Maroko

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *