PCINU Maroko Peringati Haul KH Maimoen Zubair ke-6

Rabat, 7 Agustus 2025—PCINU memperingati haul KH Maimoen Zubair yang ke-6. Acara ini diinisiasi oleh LDNU Maroko, untuk mengenang jasa besar KH Maimoen Zubair dalam pembentukan PCINU di Maroko. Acara yang dihadiri sekitar 60 nahdiyin ini dimulai setelah asar waktu setempat di sekretariat PPI Maroko. Peringatan ini juga dihadiri oleh Mukhammad Ali Ridho, S.Ag., D.E.S.A Ketua Tanfidziyah masa bakti 2020—2022 dan berlangsung dengan penuh khidmat dan masyuk.

Kegiatan dibuka dengan pembacaan diba’ yang dipimpin oleh Syubbanul Maghriby, yang kemudian dilanjutkan dengan khataman kitab العلماء المجددون ومجال تجديدهم واجتهادهم karya KH Maimoen Zubair. Pengajian dipimpin oleh Ustaz Muhammad Ahsan Khowariq, Lc. yang di mana, pengajian telah dimulai beberapa pertemuan sebelum acara, dan khataman sore ini merupakan pertemuan yang keempat.

Dalam kajian kitab ini, warga nahdiyin mencoba menyelami pemikiran Mbah Mun dengan mendalam. Bagaimana sepatutnya umat muslim mengejawantahkan syariat Islam di kehidupan sehari-hari, di tengah adanya perubahan yang radikal pada sosial umat yang disebabkan oleh perkembangan teknologi dan globalisasi.

Setelah khataman kitab, acara dilanjutkan dengan pembacaan tahlil bersama yang dipimpin oleh Ketua Tanfidziyah PCINU Maroko, Moch Cholilur Rahman, Lc. Barulah setelah tahlil, kegiatan seremonial dimulai. Acara dibuka oleh anggota LDNU, Sania Rivka Madina, sebagai pembawa acara sore hari itu, dan dilanjutkan dengan sambutan Ketua Tanfidziyah PCINU Maroko, Moch Cholilur Rahman, Lc.

Dalam sambutannya, Mas Cholil menceritakan kilas balik sejarah hubungan Mbah Mun dengan PCINU Maroko. Dimana, KH Maimoen Zubair merupakan tokoh yang meresmikan pendirian PCINU Maroko pada 17 September 2011 di kota Tangier, Maroko. Setelah sambutan Ketua Tanfidziyah, kegiatan dilanjutkan dengan sambutan perwakilan Syuriyah, yang kali ini diisi oleh Ahmad Hibban, Lc., MA. sebagai Wakil Syuriyah PCINU Maroko. Di sambutannya, Mas Hibban menceritakan kisahnya di Makkah saat berziarah ke maqbaroh Mbah Maimoen. Di mana kisah itu membuat yakin bahwa KH Maimoen merupakan salah satu dari wali Allah.

Acara beralih ke acara inti, yaitu mauidzoh hasanah oleh Gus Ali Ridho. Di sini, beliau menegaskan bahwa sebenarnya mauidzoh hasanah merupakan hal yang berat. Diksi ini telah mengalami pergeseran makna yang signifikan, dari yang sepatutnya sampai ke hati, menjadi sekadar sampai ke telinga atau enak didengar.

Selain itu beliau juga meceritakan pengalaman dan kisah-kisah Mbah Mun, supaya kisah-kisah tersebut bisa menjadi teladan untuk para nahdiyin dalam beragama, bersosial dan bahkan berpolitik. Mbah Mun sendiri—memurut Gus Ali—merupakan tokoh yang sangat ideal untuk menyampaikan mauidzoh hasanah, di mana kata-kata beliau tidak hanya enak didengar, tetapi selalu sampai di hati.

Tapi kalau seandainya yang menyampaikan di sini adalah Mbah Maimoen, saya yakin kita semua akan terkesima.” Ujar Gus Ali.

Gus Ali menyampaikan petuahnya dengan penuh kebahagiaan dan candaan, yang tidak jarang membuat gelak tawa diantara nahdiyin yang hadir. Acara lalu ditutup dengan doa yang dipimpin oleh Gus Ali, dan dilanjutkan dengan salat Maghrib dan makan bersama. Acara ini bukan hanya sekadar peringatan seremonial, tetapi upaya para nahdiyin, terkhusus PCINU Maroko untuk mengejawantahkan pemikiran Mbah Mun juga meneruskan cita-citanya.

Penulis: Naufal Zaky Farros

Simak siaran ulang peringatan haul KH Maimoen Zubair lewat instagram @pcinumaroko

Simak artikel terbaru kami,

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *