Muqaddimah Al-Qaanunil Asaasy: Garis Perjuangan dan Jati Diri NU

Muqaddimah Al-Qaanunil Asaasy li Jam’iyyah Nahdlatil Ulama

Pidato Hadratussyekh Hasyim Asy’ari pada saat didirikannya NU pada 16 Rajab 1344 H di Surabaya, sebagai garis perjuangan dan jati diri NU.

(Diterjemahkan oleh KH. A. Mustofa Bisri, Rembang, Menjelang Muktamar ke-27 NU)

Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan Al-Qur’an kepada hamba-Nya agar menjadi pemberi peringatan kepada sekalian umat” dan “menganugerahinya hikmat serta ilmu tentang sesuatu yang ia kehendaki.” “Dan barangsiapa di anugerahi hikmah, maka benar benar mendapat keberuntungan yang melimpah.”  (Al-Furqon: 1; Al-Baqarah: 251; Al-Baqarah: 269)

Allah Taala berfirman (yang artinya):

“Wahai Nabi, aku utus engkau sebagai saksi, pemberi kabar gembira dan penyeru kepada (Agama) Allah serta sebagai pelita yang menyinari.” (Al-Ahzab: 45—46)

“Serulah ke jalan Tuhanmu dengan bijaksana, peringatan yang baik dan bantulah mereka dengan yang lebih baik. Sungguh Tuhanmulah yang mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya. Dan Dia Maha mengetahui orang orang yang mendapat hidayah” (An-Naml: 125)

“Maka berilah kabar gembira hamba-hambaKu yang mendengarkan perkataan dan mengikuti yang paling baik darinya. Merekalah orang orang yang diberi hidayah oleh Allah dan merekalah orang orang yang mempunyai akal.” (Az-Zumar: 17—18)

“Dan katakanlah: Segala puji bagi Allah yang tak beranakan seorang anakpun, tak mempunyai sekutu penolong karena ketidakmampuan. Dan agungkanlah seagung-agungnya” (Al-Isra’: 111)

“Dan sesungguhnya inilah jalan-Ku (Agama-Ku) yang lurus. Maka ikutilah Dia dan jangan ikuti berbagai jalan (yang lain) nanti akan mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Demikianlah Allah memerintahkan agar kami semua bertakwa.” (Al-An’am: 153)

“Wahai orang orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul, serta Ulil amri di antara kamu, kemudian jika kamu berselisih dalam satu perkara, maka kembalikanlah perkara itu kepada Allah dan Rasul, kalau mau benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih bagus dan lebih baik kesudahannya.” (An-Nisa’: 59)

“Maka orang-orang yang beriman kepada-Nya (Kepada Rasulullah) maka memuliakannya, membantunya dan mengikuti cahaya (Al-Qur’an) yang diturunkan kepadanya, mereka itulah orang orang yang beruntung.”  (Al-A’raf: 157)

“Dan orang orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Ansor) pada berdoa: Ya Tuhan ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah mendahului kami beriman dan janganlah Engkau jadikan dalam hati kami kedengkian terhadap orang-orang yang beriman: Ya Tuhan kami sesungguhnya Engkau Maha Pengasih lagi Maha Penyayang” (Al-Hasyr: 10)

“Wahai manusia, sesungguhnya Aku telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan dan menjadikan kamu berbangsa bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa kepada Allah di antara kamu semua.” (Al-Hujurat: 13)

“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah Ulama.” (Fathir: 28)

“Di antara orang-orang yang mukmin ada orang orang yang menepati apa yang mereka janjikan kepada Allah, lalu di antara mereka ada yang gugur dan di antara mereka ada yang menunggu mereka sama sekali tidak pernah merubah (janjinya).” (Al-Ahzab: 23)

“Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dan beradalah kamu bersama orang orang yang jujur.”  (At-Taubah: 119)

“Dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku.”  (Luqman: 15)

“Maka bertanyalah kamu kepada orang orang yang berilmu jika kamu tidak mengetahuinya.”  (Al-Anbiya’: 7)

“Janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.” (Al-Isra’: 36)

“Adapun orang-orang yang dalam hati mereka terdapat kecenderungan menyeleweng, maka mereka mengikuti ayat-ayat yang mutasyabihat daripadanya untuk menimbulkan fitnah dan mencari-cari takwilnya, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya kecuali Allah. Sedang orang-orang yang mendalam ilmunya mereka mengatakan, ‘Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat itu, semuanya dari sisi Tuhan kami’ Dan orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran (daripadanya).” (Ali ‘Imran: 7)

“Barang siapa menentang Rasul setelah petunjuk yang jelas padanya dan dia mengikuti selain ajaran ajaran orang mukmin, maka Aku biarkan ia menguasai kesesatan yang telah dikuasainya (terus bergelimang dalam kesesatan) dan Aku masukkan mereka ke neraka Jahanam. Dan neraka Jahanam itu adalah seburuk buruknya tempat kembali.” (An-Nisa’: 115)

“Takutlah kamu semua akan fitnah yang benar-benar tidak hanya khusus menimpa orang orang zalim di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah sangat dahsyat siksa-Nya” (Al-Anfal: 25)

“Janganlah kamu bersandar kepada orang orang dzalim, maka kamu akan di sentuh api neraka.” (Hud: 113)

“Wahai orang-orang yang beriman, jagalah diri-diri kamu dan keluarga kamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, di atasnya berdiri malaikat-malaikat yang kasar, keras dan tidak pernah mendurhakai Allah terhadap apa yang di perintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan kepada mereka.” (At-Tahrim: 6)

“Dan janganlah kamu seperti orang orang yang mengatakan ‘Kami mendengar’. Padahal mereka tidak mendengar.” (Al-Anfal: 21)

“Sesungguhnya seburuk-buruk makhluk melata, menurut Allah, ialah mereka yang pelak (tidak mau mendengar kebenaran) dan bisu (tidak mau bertanya dan menuturkan kebenaran) yang tidak berpikir.” (Al-Anfal: 22)

“Dan hendaklah ada di antara kamu, ada segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah kemungkaran. Dan mereka itulah orang orang yang beruntung.” (Ali ‘Imran: 104)

“Dan saling tolong-menolong kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa; janganlah tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah sangat dahsyat siksanya.” (Al-Maidah: 2)

“Wahai orang-orang yang beriman, bersabarlah kami dan kuatkanlah kesabaranmu serta berjaga-jagalah (menghadapi serangan musuh di perbatasan). Dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat keberuntungan.” (Ali ‘Imran: 200)

“Dan berpegang-teguhlah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah nikmat Allah yang dilimpahkan kepadamu ketika kamu dahulu bermusuhan lalu Allah merukunkan antara hati-hati kamu, kemudian kamu pun (karena nikmatnya) menjadi orang-orang yang bersaudara.” (Ali ‘Imran: 103)

“Dan janganlah kamu saling bertengkar, nanti kami jadi gentar dan hilang kekuatanmu dan tabahlah kamu, sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang tabah.” (Al-Anfal: 46)

“Sesungguhnya orang-orang itu bersaudara, maka damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu dirahmati.” (Al-Hujurat: 10)

“Kalau mereka melakukan apa yang dinasehatkan kepada mereka, niscaya akan lebih baik bagi mereka dan memperkokoh (iman mereka). Dan kalau memang demikian, niscaya Aku anugerahkan kepada mereka pahala yang agung dan Aku tunjukan mereka jalan yang lempang.” (An-Nisa’: 66—68)

“Dan orang-orang yang berjihad dalam (mencari) keridloan-Ku, pasti Aku tunjukan mereka ke jalan-Ku, sesungguhnya Allah benar-benar bersama orang-orang yang berbuat baik,” (Al-Ankabut: 69)

“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat berselawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman berselawatlah kamu untuknya dan bersalamlah dengan penuh penghormatan.” (Al-Ahzab: 56)

“Dan (apa yang ada di sisi Allah lebih baik dan lebih kekal juga bagi) orang-orang yang mematuhi seruan Tuhan mereka, mendirikan salat dan urusan mereka (mereka selesaikan) secara musyawarah antara mereka serta terhadap sebagian apa yang aku rizqikan, mereka menafkahkannya.” (Asy-Syura: 38)

“…Dan orang-orang yang mengikuti jejak mereka (Muhajirin dan Anshar) dengan baik, Allah ridla kepada mereka.” (At-Taubah: 100)

Amma bakdu,

Sesungguhnya pertemuan dan saling mengenal persatuan dan kekompakan adalah merupakan hal yang tidak seorang pun tidak mengetahui manfaatnya. Betapa tidak, Rasulullah saw. benar-benar telah bersabda yang artinya:

“Tangan Allah bersama jamaah. Apabila diantara jamaah itu ada yang memencil sendiri, maka syaithan pun akan menerkamnya seperti serigala menerkam kambing.” (al-Hafidz as-Suyuthi dalam Jami’ al-Kabir)

“Allah ridlo kamu sekalian menyembah-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun.

Kami sekalian berpegang teguh kepada tali (agama) Allah seluruhnya dan tidak bercerai-berai;

Kamu saling memperbaiki dengan orang yang dijadikan Allah sebagai pemimpin kamu.

Dan Allah membenci bagi kamu; 

saling membantah, 

banyak tanya dan 

menyia-nyiakan harta benda’’ (HR. Muslim)

“Janganlah kamu saling dengki, saling menjerumuskan, saling bermusuhan, saling membenci dan janganlah sebagian kamu menjual atas kerugian jualan sebagian yang lain, dan jadilah kamu, hamba-hamba Allah, bersaudara” (HR. Muslim)

Suatu umat bagaikan jasad lainnya 

Orang-orangnya ibarat anggota-anggota tubuhnya 

Setiap anggota punya tugas dan perannya.

Seperti dimaklumi, manusia tidak dapat bermasyarakat, bercampur dengan yang lain, sebab seorang pun tak mungkin sendirian memenuhi segala kebutuhan-kebutuhannya. Dia mau tidak mau dipaksa bermasyarakat, berkumpul yang membawa kebaikan bagi umatnya dan menolak keburukan dan ancaman bahaya daripadanya

Karena itu, persatuan, ikatan batin satu dengan yang lain saling bantu menangani satu perkara dan seia sekata adalah merupakan penyebab kebahagiaan yang terpenting dan faktor paling kuat bagi menciptakan persaudaraan dan kasih sayang.

Beberapa banyak negara-negara yang menjadi makmur, hamba-hamba menjadi pemimpin yang berkuasa, pembangunan merata, negeri-negeri menjadi maju, pemerintahan ditegakkan, jalan-jalan menjadi lancar, perhubungan menjadi ramai dan masih banyak manfaat lain dari hasil persatuan merupakan keutamaan yang paling besar dan merupakan sebab dan sarana paling ampuh.

Rasulullah saw. telah mempersaudarakan sahabat-sahabatnya sehingga mereka (saling kasih, saling menyayangi, dan saling menjaga hubungan) tidak ubahnya satu jasad; apabila satu anggota tubuh mengeluh sakit seluruh jasad ikut merasa demam dan tidak dapat tidur. Itulah sebabnya mereka menang atas musuh mereka, kendati jumlah mereka sedikit. Mereka tundukkan raja-raja, mereka taklukan negeri negeri, mereka buka kota-kota, mereka bentangkan payung-payung kemakmuran, mereka bangun kerajaan-kerajaan dan mereka lancarkan jalan-jalan.

Firman Allah Swt.: “Wa aatainaahu min kulli syai’in sababa”

“Dan Aku telah memberikan kepadanya jalan (untuk mencapai) segala

sesuatu.” (Al-Kahfi: 84)

Benarlah kata penyair yang mengatakan dengan bagusnya 

“Berhimpunlah anak-anakku bila

Kegentingan datang melanda, 

jangan bercerai-berai, sendiri-sendiri,

cawan-cawan enggan pecah bila bersama 

ketika bercerai,

satu-satu pecah berderai”

Sayyidina Ali karamallahu wajhah berkata:

“Dengan perpecahan tak ada satu kebaikan dikaruniakan Allah kepada seseorang baik dari orang-orang terdahulu maupun orang-orang yang datang belakangan “

Sebab, satu kaum apabila hati-hati mereka berselisih dan hawa nafsu mereka mempermainkan mereka, maka mereka tidak akan melihat sesuatu tempatpun bagi kemaslahatan bersama. Mereka bukanlah bangsa yang bersatu tapi hanya individu-individu yang berkumpul dalam arti jasmani belaka. Hati dan keinginan-keinginan mereka saling selisih. Engkau mengira mereka menjadi satu, padahal hati mereka berbeda-beda.

Mereka telah menjadi seperti kata orang, “Kambing-kambing yang berpencaran di padang terbuka. Berbagai binatang buas telah mengepungnya. Kalau sementara mereka tetap selamat, mungkin karena binatang buas belum sampai kepada mereka (dan pasti suatu saat akan sampai kepada mereka), atau karena saling berebut, telah menyebabkan binatang-binatang buas itu saling berkelahi sendiri antara mereka. Lalu sebagian mengalahkan lain. Dan yang menang pun akan menjadi perampas dan yang kalah menjadi pencuri. Si kambing pun jatuh antara si perampas dan si pencuri.”

Perpecahan adalah penyebab kelemahan, kekalahan dan kegagalan di sepanjang zaman. Bahkan pangkal kehancuran dan kemacetan, sumber keruntuhan dan kebinasaan, dan penyebab kehinaan dan kenistaan.

Betapa banyak keluarga keluarga besar, semula hidup dalam keadaan makmur, rumah- rumah penuh dengan penghuni, sampai satu ketika kalajengking perpecahan merayapi mereka, bisanya menjalar meracuni hati mereka dan Syaithan pun melakukan perannya, mereka kocar-kacir tak keruan. Dan rumah-rumah mereka runtuh berantakan.

Sahabat Ali Karamallahu Wajhah berkata dengan fasihnya: “Kebenaran dapat menjadi lemah karena perselisihan dan perpecahan dan kebatilan sebaliknya dapat menjadi kuat dengan persatuan dan kekompakkan.”

Pendek kata siapa yang melihat pada cermin sejarah, membuka lembaran yang tidak sedikit dari ihwal bangsa-bangsa dan pasang surut zaman serta apa saja yang terjadi pada mereka hingga pada saat saat kepunahannya, akan mengetahui bahwa kekayaan yang pernah menggelimang mereka, kebanggaan yang pernah mereka sandang, dan kemuliaan yang pernah menjadi perhiasan mereka, tidak lain adalah karena berkat apa yang secara kukuh mereka pegang, yaitu mereka bersatu dalam cita- cita, seia sekata, searah setujuan, pikiran-pikiran mereka seiring. Maka inilah faktor paling kuat yang mengangkat martabat  dan kedaulatan mereka, dan benteng paling kokoh  bagi menjaga kekuatan dan keselamatan ajaran mereka.

Musuh-musuh mereka tak dapat berbuat apa-apa terhadap mereka, malahan menundukkan kepala, menghormati mereka karena wibawa mereka, dan merekapun mencapai tujuan-tujuan mereka dengan gemilang.

Itulah bangsa yang mentarinya dijadikan Allah tak pernah terbenam senantiasa memancar gemilang, dan musuh-musuh mereka tak dapat mencapai sinarnya.

Wahai Ulama dan para pemimpin yang bertakwa di kalangan Ahlussunah wal Jamaah dan keluarga mazhab imam empat Anda sekalian telah menimba ilmu-ilmu dari orang-orang sebelum Anda, orang-orang sebelum Anda menimba dari orang-orang sebelum mereka, dengan jalan sanad yang bersambung sampai kepada Anda sekalian. Dan Anda sekalian selalu meneliti dari siapa Anda menimba ilmu agama Anda itu.

Maka dengan demikian, Anda sekalian penjaga-penjaga ilmu dan pintu gerbang ilmu-ilmu itu. Rumah-rumah tidak dimasuki kecuali dari pintu-pintu siapa yang memasukinya tidak lewat pintunya, disebut pencuri.

Sementara itu segolongan orang yang terjun kedalam lautan fitnah; memilih bid’ah dan bukan sunnah-sunnah Rasul dan kebanyakan orang mukmin yang benar hanya terpaku. Maka para ahli bidah itu seenaknya memutar balikkan kebenaran, memungkarkan makruf dan memakrufkan kemungkaran.

Mereka mengajak kepada kitab Allah, padahal sedikit pun mereka tidak bertolak dari sana.

Mereka tidak berhenti sampai disitu, malahan mereka mendirikan perkumpulan pada perilaku mereka tersebut. Maka kesesatan pun semakin jauh. Orang-orang yang malang pada memasuki perkumpulan itu. Mereka tidak mendengar sabda Rasulullah saw.

“Fandhuru ‘amman ta’khudzuuna dienakum.”

“Maka lihat dan telitilah dari siapa kamu menerima ajaran agamamu itu.

Sesungguhnya menjelang hari kiamat, muncul banyak pendusta.

Janganlah kamu menangisi agama ini bila ia berada dalam kekuasaan ahlinya. Tangisilah agama ini bila ia berada di dalam kekuasaan bukan ahlinya.” (HR. Ahmad dan al-Hakim)

Tepat sekali sahabat Umar bin Khattab radliyallahu ‘anhu ketika berkata: “Agama Islam hancur oleh perbuatan orang munafiq dengan Al-Qur’an.”

Anda sekalian adalah orang-orang yang lurus yang dapat menghilangkan kepalsuan ahli kebathilan, penafsiran orang yang bodoh dan penyelewengan orang-orang yang over acting; dengan hujjah Allah, Tuhan semesta alam, yang diwujudkan melalui lesan orang yang ia kehendaki.

Dan anda sekalian kelompok yang disebut dalam sabda Rasulullah saw.: “Anda sekelompok dari umatku yang tak pernah bergeser selalu berdiri tegak diatas kebenaran, tak dapat dicederai oleh orang yang melawan mereka, hingga datang putusan Allah.”

Marilah anda semua dan segenap pengikut anda dari golongan para fakir miskin, para hartawan, rakyat jelata dan orang-orang kuat, berbondong-bondong masuk Jam’iyyah yang diberi nama “Jam’iyyah Nahdlatul Ulama” ini. Masuklah dengan penuh kecintaan, kasih sayang, rukun, bersatu dan dengan ikatan jiwa raga.

Ini adalah jam’iyyah yang lurus, bersifat memperbaiki dan menyantuni. Ia manis terasa di mulut orang-orang yang baik dan bengkal di tenggorokan orang-orang yang tidak baik. Dalam hal ini hendaklah Anda sekalian saling mengingatkan dengan kerja sama yang baik, dengan petunjuk yang memuaskan dan ajakan memikat serta hujjah yang tak terbantah.

Sampaikan secara terang-terangan apa yang diperintahkan Allah kepadamu, agar bid’ah-bid’ah terberantas dari semua orang. Rasulullah saw. bersabda: “Apabila fitnah-fitnah dan bid’ah-bid’ah muncul dan sahabat-sahabatku dicaci maki, maka hendaklah orang orang alim menampilkan ilmunya. Barang siapa tidak berbuat begitu, maka dia akan terkena laknat Allah, laknat malaikat dan semua orang.” (diriwayatkan al-Khathib al-Baghdadi dalam al-Jami’)

Allah SWT berfirman: “Wa ta’awanuu ‘alal birri wattaqwa”. Dan saling tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan kebaikan dan takwa kepada Allah. (Al-Maidah: 2)

Sayyidina Ali karramallahu wajhah berkata: “Tak seorang pun (betapa pun lama ijtihadnya dalam amal) mencapai hakikat taat kepada Allah yang semestinya. Namun termasuk hak-hak Allah yang wajib atas hamba-hamba-Nya adalah nasehat dengan sekuat tenaga dan saling bantu dalam menegakkan kebenaran diantara mereka.”

Tak seorang pun (betapa pun tinggi kedudukannya dalam kebenaran, dan betapa pun luhur derajat keutamaannya dalam agama) dapat melampaui kondisi membutuhkan pertolongan untuk memikul hak Allah yang dibebankan kepadanya. Dan tak seorang pun (betapa kerdil jiwanya dan pandangan-pandangan mata merendahkannya) melampaui kondisi dibutuhkan bantuannya dan dibantu untuk itu.

(“Artinya tak seorangpun betapa tinggi kedudukannya dan hebat dalam bidang agama dan kebenaran yang dapat lepas tidak membutuhkan bantuan dalam melaksanakan kewajibannya terhadap Allah, dan tak seorangpun betapa rendahnya, tidak dibutuhkan bantuannya atau diberi bantuan dalam melaksanakan kewajibannya itu”. Penterjemah).

Tolong-menolong atau saling bantu pangkal keterlibatan umat-umat. Sebab kalau tidak ada tolong menolong, niscaya semangat dan kemauan akan lumpuh karena merasa tidak mampu mengejar cita-cita. Barang siapa mau tolong menolong dalam persoalan dunia dan akhiratnya, maka akan sempurnalah kebahagiaannya, nyaman dan sentosa hidupnya.

Sayyidina Ahmad bin Abdillah As-Saqqaf berkata: “Jam’iyyah ini adalah perhimpunan yang telah menampakkan tanda-tanda menggembirakan, daerah-daerah menyatu, bangunan-bangunannya telah berdiri tegak, lalu kemana kamu akan pergi? Kemana?”

“Wahai orang-orang yang berpaling, jadilah kamu orang-orang pertama, kalau tidak orang-orang yang menyusul (masuk jam’iyyah ini). Jangan sampai ketinggalan, nanti suara penggoncang akan menyerumu dengan goncangan-goncangan: “Mereka (orang-orang munafiq itu) puas bahwa mereka ada bersama orang-orang yang ketinggalan (tidak masuk ikut serta memperjuangkan agama Allah). Hati mereka telah dikunci mati, maka mereka pun tidak bisa mengerti.” (Q.S. At Taubah: 87) “Tiada yang merasa aman dari azab Allah kecuali orang-orang yang merugi”. (Q.S. Al A’raf: 99).

Ya Tuhan kami, janganlah Engkau condongkan hati kami kepada kesesatan setelah Engkau memberi hidayah kepada kami, anugerahkanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu; sesungguhnya Engkau Maha Penganugerah. (Q.S. Ali ‘Imran: 8)

Ya Tuhan kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami, hapuskanlah dari diri-diri kami kesalahan-kesalahan kami dan wafatkan kami beserta orang-orang yang berbakti. (Q.S. Ali ‘Imran: 193).

Ya Tuhan kami, karuniakanlah kami apa yang Engkau janjikan kepada kami melalui utusan-utusan-Mu dan jangan hinakan kami pada Hari Kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak pernah menyalahi janji. (Q.S. Ali ‘Imran: 194)

referensi:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *