Mengutamakan Nabi Muhammad Saw.: Bolehkah?

Bidayatus Sul fi Tafdlilir Rosul

Mengutamakan Nabi Muhammad Saw. di Atas Nabi-Nabi yang Lain: Bolehkah?

Perilaku mengidolakan tokoh telah menjadi tabiat manusia. Setiap orang tentu memiliki idola. Mengidolakan artis semisal, para fans amat mencintai si artis. Bahkan seringkali sampai pada tahap yang berlebihan; menganggap idola lebih unggul dibanding yang lainnya.

Perilaku tersebut juga terjadi mana kala kita mencintai Nabi Muhammad saw. Mengidolakannya dan mengikuti langkahnya merupakan jalan seorang muslim. Sehingga perilaku melebihkan Nabi dibandingkan nabi-nabi yang lain tentu dirasakan oleh setiap muslim. Namun apakah perilaku demikian diperbolehkan? Membanding-bandingkan satu nabi di atas nabi yang lainnya. Atau justru sebetulnya seluruh nabi pada hakikatnya sama, sehingga perilaku demikian dianggap kurang tepat bahkan dilarang?

Bidayatus Sul fi Tafdlilir Rosul

Syekh Izzuddin bin Abdussalam (w. 660 H) bergerak membahas pengutamaan ini dalam risalah kecilnya yang berjudul Bidayatus Sul fi Tafdlilir Rosul. Kitab setebal 26 halaman tersebut membahas tuntas alasan dan dalil pengutamaan (mufadlolah) Nabi Muhammad saw. di atas nabi-nabi yang lain. Juga dalil serupa mengenai mufadlolah nabi-nabi secara umum.

Syekhul Islam Izzuddin bin Abdussalam sendiri merupakan ulama yang terkenal kuat dalam bidang fikih dan tasawuf. Ibnu Katsir meriwayatkan bahwa Syekh Izzuddin di akhir hayatnya tidak bermazhab dan berijtihad sendiri, menunjukkan bahwa beliau telah mencapai taraf mujtahid. Beliau wafat di Mesir pada 10 Jumadal Ula 660 H.

Kitab ini di-tahqiq oleh Syekh Abdullah bin Shiddiq al-Ghummari, ulama besar Maroko yang mencapai taraf al-Hafidz (menghapal ribuan hadis). Beliau merupakan salah seorang Sadah Ghummariyyah Tangier yang rajin menulis kitab, di antaranya an-Nafhatul Ilahiyyah fis Sholah ala Khoiril Bariyyah, dan banyak lagi. Beliau wafat pada tahun 1993 M di Tangier, Maroko.

Mufadlolah: Keutamaan Nabi Muhammad saw. di atas nabi-nabi yang lain.

Syekh Izzuddin dalam kitabnya mengutip Al-Baqarah ayat 235 yang mana dijelaskan bahwa Allah telah memberikan kelebihan pada seorang atau beberapa nabi atas nabi yang lain. Contohnya nabi-nabi yang berdialog dengan Allah secara langsung tanpa perantara; Nabi Adam a.s., Nabi Musa a.s., dan Nabi Muhammad saw. Allah Swt. berfirman:

تِلْكَ ٱلرُّسُلُ فَضَّلْنَا بَعْضَهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ ۘ مِّنْهُم مَّن كَلَّمَ ٱللَّهُ ۖ وَرَفَعَ بَعْضَهُمْ دَرَجَٰتٍ ۚ

“Rasul-rasul itu Kami lebihkan sebagian (dari) mereka atas sebagian yang lain. Di antara mereka ada yang Allah berkata-kata (langsung dengan dia) dan sebagiannya Allah meninggikannya beberapa derajat.”

Syekh Izzuddin menyimpulkan poin-poin penting yang mendasari dan membatasi perilaku mufadlolah sebagai berikut:

  1. Harus ada dalil yang jelas;
  2. Tidak boleh membanding-bandingkan yang menunjukkan sifat merendahkan dan perselisihan;
  3. Tidak boleh dilakukan ketika berdiskusi dengan ahli kitab.

Maka terang bahwa mufadlolah tetap menjaga umat dari sikap fanatisme. Bahwa hakikat dari keutamaan nabi-nabi bukan untuk dipertentangkan satu sama lain.

Selanjutnya Syekh Izzuddin menyebutkan beberapa alasan Nabi Muhammad saw. memiliki keutamaan lebih di antara nabi-nabi lain. Sebagaimana kita ketahui dan yakini bahwa Nabi Muhammad saw. adalah penutup nabi dan rasul. Syekh Izzuddin menyebutkan, di antaranya:

  1. Nabi Muhammad saw. memimpin seluruh manusia di Hari Akhir tanpa menyombongkan diri. Karena beliau memang memiliki sifat mulia dan agung di dunia maupun di akhirat. Beliau bersabda:

أَنَا سَيِّدُ وَلَدِ آَدَمَ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ وَلاَ فَخْرَ

“Aku adalah pemimpin anak adam pada hari kiamat dan bukannya sombong,” (HR. at-Tirmidzi)

  • Nabi Muhammad saw. memimpin kelompok yang memberi pujian kepada Allah di Hari Kiamat.
  • Nabi Adam a.s. dan nabi lainnya di bawah kepemimpinan Nabi Muhammad saw. sampai Hari Kiamat. Hal ini menafikan adanya kepemimpinan seseorang setelah Nabi Muhammad saw. wafat.
  • Allah mengabarkan bahwa Ia telah mengampuni segala dosa-dosa nabi yang lampau dan yang akan datang. Hal ini sebagai bukti bahwa semua nabi mengarahkan umat manusia ke Nabi Muhammad saw. untuk meminta syafaat.
  • Ialah orang pertama pemberi syafaat dan yang diterima syafaatnya.
  • Nabi Muhammad saw. mendahulukan orang lain dibanding dirinya dalam doanya. Dan hanya beliaulah nabi yang masih menyimpan doa mustajab untuk umatnya.
  • Allah bersumpah pada diri Nabi Muhammad saw. ketika dijadikan sumpah berarti menunjukkan kelebihan dan kemuliaan beliau. Allah Swt. berfirman:

لَعَمْرُكَ اِنَّهُمْ لَفِيْ سَكْرَتِهِمْ يَعْمَهُوْنَ

(Allah berfirman,) “Demi umurmu (Nabi Muhammad), sungguh, mereka terombang-ambing dalam kemabukan (demi melampiaskan hawa nafsu).” (Al-Hijr: 72)

Demikianlah beberapa keutamaan Nabi Muhammad saw. di atas nabi-nabi yang lain. Syekh Izzuddin menekankan bahwa keutamaan Nabi Muhammad saw. yang disebutkan ini berdasar pada Al-Quran dan Hadis. Menunjukkan bahwa mufadlolah didasarkan pada dalil-dalil syar’i.

Meyakini keutamaan Nabi Muhammad saw. yang didasarkan dalil-dalil akan meningkatkan kecintaan kita padanya. Semoga dengan kecintaan tersebut menjadi wasilah mendapatkan syafaatnya kelak di Hari Akhir. Amin.

Wallahu a’lam.

Baca Penukaran Uang Dirham-Rupiah: Halalkah?

Simak Pengajian Bidayatus Sul fi Tafdlilir Rosul di YouTube PCINU Maroko

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *