Lembaga Seniman dan Budayawan Muslimin Indonesia (Lesbumi) PCINU Maroko menggelar sedaring internasional pada Kamis (23/1) melaui zoom meeting. Acara ini berupa talkshow kebudayaan bertajuk “Syi’ar Islam dalam budaya nusantara: Eksplorasi Wayang sebagai Warisan Spiritual”. Talkshow kali ini diisi oleh narasumber yang merupakan dalang kondang ternama, Ki Haryo Susilo, S. Psi., putra dari almarhum dalang Ki Enthus Susmono, pencipta “wayang santri”.
Acara dibuka oleh moderator, Mufti Ahmad Husaini kemudian dilanjut dengan sambutan oleh Zidni Ilham Failasufa, sekretaris PCINU Maroko mewakili ketua tanfidhiyah PCINU Maroko. Dalam sambutannya Mas Zidni memaparkan wayang bukan hanya produk budaya, tetapi dapat menjadi sarana spiritual kita dalam beribadah.
“Wayang tidak hanya berhenti dalam hal budaya, tetapi juga bisa masuk dalam ranah spiritual,” ungkap Mas Zidni.
Ki Haryo Susilo yang akrab disapa Ki Haryo meneruskan jalan dakwah yang diinisiasi oleh ayah beliau, Ki Enthus Suswono, yaitu dakwah wayang santri. Kedalaman dan kepiawaian ilmu Ki Haryo dalam mendalang tidak perlu diragukan lagi, karena beliau langsung dibimbing dan mewarisi ilmu dari ayahnya.
Dakwah Ki Haryo sangat sesuai dengan zaman. Pertunjukan wayangnya sangat digemari oleh generasi saat ini, khususnya Gen Z. Isu-isu terkini beliau angkat dan dibumbui dagelan khas Bahasa Jawa Ngapak. Tak lupa pula diselipkan nilai-nilai dakwah. Beliau aktif berdakwah melalui pertunjukan wayang dan melalui channel youtube beliau, Putra Satria Laras.
Memulai materi, Ki Haryo ber-statement, “Budaya itu sangat mengandung sisi sufisme, sufisme itu sendiri merupakan sarana khalwat dari kebinatangan modernisasi.” Maksudnya dalam kebudayaan itu terdapat sisi sufisme atau sisi tasawuf yang mana tasawuf ini dapat diterapkan sebagai sarana khalwat dari arus modernisasi. Kebudayaan itu sendiri menurut Ki Haryo adalah olah budi supaya manusia bisa berdaya baik secara spiritual, pengetahuan, sosial, ekonomi, dan sebagainya.
Kebudayaan memiliki ruh spiritualitas. Budaya Nusantara sebelum masuknya islam telah memiliki ruh tersebut, sehingga dengan adanya itu telah menciptakan tatanan peradaban yang membuat manusianya menjadi beradab bukan biadab. Islam sendiri adalah agama yang penuh dengan sisi spiritualitas. Dengan masuknya islam ke tanah Nusantara, ibarat botol bertemu tutup, sangat menyempurnakan tatanan peradaban yang ada di Nusantara.
Beliau mencontohkan hal itu dengan dakwah yang dipakai oleh walisongo. Sebagai penyebar islam di Nusantara, walisongo tidak langsung menyombongkan kemuliaan islam, akan tetapi walisongo menggunakan metode “nandur”. Maksudnya melakukan akulturasi budaya nusantara dengan nilai-nilai islam.
Sebagai budayawan, Ki Haryo memiliki sisi spiritualitasnya tersendiri. Beliau beranggapan, senakal nakalnya orang yang memahami seni dan budaya, ia tidak akan melakukan kegiatan yang merusak, karena mereka mempunyai pelampiasan kegelisahan melaui karya. Semakin gelisah seorang seniman semakin bernilai karya yang dihasilkan. Beliau menyebutnya prinsip tafsir ketenangan dan kedamaian.
Sebagai seorang dalang kondang berprestasi internasional, Ki Haryo memaparkan keilmuan-keilmuan yang harus dikuasai oleh seorang dalang. Keilmuan dalang itu ada empat, yaitu:
- Pedalangan, berupa ilmu karawitan (seni gamelan dan seni suara) dan tata gelar wayang
- Agama, menurut beliau berbudaya itu “ngibadah”, ini sesuai dengan kondep fiqih budayawi
- Sosial budaya, manusia itu berbeda-beda, mereka memiliki perbendaharan romantismenya sendiri.
- Politik dan tata negara, membantu meringankan cara berpikit masyarakat mengenai situasi kenegaraan.
Dengan menguasai keempat keilmuan tersebut, seorang dalang akan dapat menyampaikan pesan yang ingin disampaikan melalui karyanya.
Ki Haryo meneruskan dakwah wayang santri yang dicetuskan Ki Enthus. Dalam hal wayang ini, Ki Haryo menyebutkan sisi tasawauf dari wayang.
“Hidup itu seperti pagelaran wayang, wayang yang paling disukai oleh dalang itu yang paling sering dilakonkan oleh dalang. Dimainkan terus, dipakai adegan perang sampai catnya terkelupas dan terkadang tangan wayang itu putus. Tapi dalang dengan telaten memperbaiki wayang yang paling ia sukai. Begitu pun manusia dengan Allah Swt. Jangan jadi wayang yang terlihat bagus tapi tidak dipakai dan hanya menjadi pajangan saja,” tutur Ki Haryo. Beilau juga menambahkan “Surga dunia adalah ridho.”
Acara berlangsung dengan lancar dan seru. Antusiasme peserta begitu tinggi, hingga banyak peserta yang berebut memberi pertanyaan. Ki Haryo pun sangat menyenangkan dan aktif menyapa peserta. Acara ditutup dengan foto bersama.
Tonton siaran ulang lengkapnya di Talk Show “Eksplorasi Wayang Sebagai Warisan Spiritual” bersama Ki Haryo Susilo