One Month One Book Fatayat NU Maroko: Dari Rahim Ini Aku Bicara
Pada sesi OMOB bulan Agustus, Sahabat Nilna Zahwa Zaharah mengulas sebuah buku berjudul “Dari Rahim Ini Aku Bicara” karya Ester Lianawati. Ester Lianawati adalah seorang feminis, penulis, sekaligus konselor yang aktif menulis isu-isu seputar gender, spiritualitas, serta dinamika kehidupan perempuan. Karya-karyanya banyak mengupas pengalaman perempuan dalam menghadapi hegemoni budaya patriarki, serta mendorong perempuan untuk lebih berdaya melalui refleksi tubuh, sejarah, dan spiritualitas.
Acara OMOB kali ini berlangsung penuh antusiasme. Sahabat Nilna menyampaikan berbagai gagasan penulis tentang bagaimana tubuh perempuan kerap dijadikan pusat penindasan patriarki dari masa ke masa.
1. Rahim sebagai Pusat Kontrol Patriarki
Sahabat Nilna menyampaikan bahwa pada mulanya rahim dipandang menakjubkan, karena dari tubuh perempuan mampu lahir kehidupan baru bahkan dengan jenis kelamin berbeda. Namun, ketakjuban itu berubah menjadi ketakutan, lalu kebencian, hingga lahir upaya untuk menguasai tubuh perempuan. Rahim kemudian dituduh sebagai sumber penyakit, kelembaban, bahkan penyebab kesulitan reproduksi. Dalam mitologi Yunani, rahim dipersonifikasikan lewat kisah Pandora sebagai sumber petaka. Semua persoalan kesuburan diarahkan pada perempuan, sementara laki-laki dikecualikan.
2. Perkawinan dan Keperawanan
Disampaikan bahwa perkawinan dibentuk untuk menjamin garis keturunan laki-laki. Keperawanan dijadikan simbol kemurnian keturunan, hingga muncul berbagai tradisi yang menuntut pembuktian keperawanan pada malam pertama. Perempuan dituntut untuk subur, sementara yang mengalami kemandulan kerap dianggap hina. Semua beban kesuburan diarahkan pada perempuan, tanpa mempertanyakan peran laki-laki. Dari sinilah muncul praktik-praktik yang mengontrol tubuh perempuan: poligami, larangan kontrasepsi, aborsi, dan sebagainya.
3. Stigma Menstruasi
Dalam buku tertulis, bahwa menstruasi awalnya dipandang sebagai kekuatan spiritual. Namun, patriarki mengonstruksinya menjadi hal kotor dan memalukan. Kitab-kitab terdahulu bahkan memperkuat stigma ini, menganggap darah haid beracun atau najis. Namun, Sahabat Nilna menambahkan bahwa Islam justru mematahkan stigma tersebut, menegaskan bahwa haid bukanlah aib bagi perempuan. Salah satu contoh yang disampaikan adalah hadis Nabi kepada Sayyidah Aisyah:
“ إن حيضتك ليست في يدك”
4. Standar Kecantikan
Ditekankan bahwa standar kecantikan lahir dari mitos patriarkis bahwa perempuan pada dasarnya jelek. Industri kecantikan berkembang untuk menekan perempuan agar terus tampil cantik. Cantik dipadukan dengan diam: perempuan dituntut untuk cantik, tetapi tidak boleh banyak bersuara. Suara perempuan dianggap merusak kecantikannya.
5. Perlawanan Perempuan
OMOB malam ini ditutup dengan penegasan bahwa dalam diri setiap perempuan terdapat “serigala betina”: simbol keliaran dan hasrat kebebasan. Kisah-kisah sejarah seperti Syahrazad, Ratu Bilqis, hingga Dewi Sinta membuktikan bahwa perempuan memiliki high value dan mampu melawan patriarki.
Kini perempuan telah merebut sebagian hak, seperti hak bersuara dan hak bekerja. Namun perjuangan paling sulit adalah merebut kembali hak penuh atas tubuhnya sendiri.
Sahabat Nilna juga menyoroti sisi kelebihan dan kekurangan buku ini. Di satu sisi, Dari Rahim Ini Aku Bicara menghadirkan banyak insight baru serta membuka ruang untuk melihat realita yang selama ini tersembunyi dan disembunyikan. Namun, di sisi lain, penggunaan bahasa yang cenderung akademik membuatnya cukup sulit dipahami dan terkadang terasa membosankan. Selain itu, ditemukan pula adanya ketidaksesuaian dalam penafsiran hal-hal yang berkaitan dengan Islam, yang menjadi catatan kritis tersendiri.
Dalam kalimat penutupnya, ia mengajak kita untuk kembali ‘bicara’ dengan tubuh kita sendiri. Tubuh feminin kita, dengan pengalaman kebertubuhannya yang berbeda dari laki-laki, dan tidak harus sama hanya untuk menjadi setara.
Notulensi OMOB Fatayat NU Maroko, ditulis oleh: Dhemara Anjani, Mahasiswi Madrasah al-Ulum al-Islamiyyah, Casablanca.
Ikuti kegiatan kami lewat instagram @fatayatnumaroko
Simak artikel terbaru kami,