Bolehkah Membayar Zakat Ternak Dengan Uang?

Hukum Membayar Zakat Ternak Dengan Uang

Hasil Musyawarah Fathul Qarib Lakpesdam PCINU Maroko, Jum’at, 16 Rabi’ul Awal/ 20 September 2024 M

Zakat kepemilikan hewan ternak seringkali tak lepas dari dinamika sosial yang melahirkan sebuah pertanyaan dalam perspektif fikih. Seringkali masyarakat bertanya-tanya apakah pembayaran zakat hewan ternak dengan uang ini diperbolehkan? Dalam arti mengganti tanggungan zakat dengan nominal hewan ternak yang wajib dibayarkan.

Pertanyaan:

Apakah diperbolehkan pembayaran zakat hewan ternak menggunakan uang sebesar nominal harga hewan yang wajib dikeluarkan untuk zakat?

Jawaban:

Menurut jumhur Mazhab Syafi’i hukumnya tidak diperbolehkan. Tetapi, ada beberapa ulama Mazhab Syafi’i memperbolehkan jika ditemukan ‘udzur atau dhorurat. Bahkan Ulama Mazhab Hanafi memperbolehkan pembayaran zakat seperti ini secara mutlak.

Alasan Mazhab Syafi’i tidak membolehkan zakat dengan uang adalah karena zakat merupakan hal yang sudah ada nash-nya sehingga harus ditunaikan dengan ainiyah dan tidak bisa diganti dengan qimah. Di samping itu, Mazhab Syafi’i melihat adanya kerancuan jika zakat diperbolehkan menggunakan uang. Karena harga hewan di setiap daerah berbeda dan tidak menentu.

Sekali pun begitu, beberapa ulama Syafi’iyah memperbolehkan zakat hewan ternak diganti dengan uang jika ditemukan ‘udzur yang mendesak (dharurat). Kebolehan ini didasarkan  pada adanya kesulitan yang didapati oleh muzakki (orang yang menunaikan zakat) untuk mengeluarkan zakat berupa ‘ain-nya. Sehingga zakat yang dikeluarkan bukan jenis hewan ternak—sebagaimana tercantum dalam nash—melainkan diganti dengan uang. 

Contoh:

Seorang peternak unta yang memiliki 5 ekor unta dalam satu haul maka dia wajib mengeluarkan seekor kambing, namun dia tidak mendapati kambing untuk dizakatkan dan tidak memungkinkan untuk mendapatkannya maka dalam kasus ini ia cukup membayar harganya saja.

Solusi lain datang dari Ulama Hanafiyyah yang membolehkan membayar zakat menggunakan uang atau sesuai qimah-nya secara mutlak. Dengan landasan bahwa asas zakat adalah daf’ul hajah (memenuhi kebutuhan) sehingga zakat dianggap cukup dengan uang.

Konklusi hukum masalah di atas bisa diringkas menjadi 3:

1. Tidak diperbolehkan (Jumhur Syafi’iyah)

2. Diperbolehkan jika ada udzur (Sebagian ulama Syafi’iyah)

3. Diperbolehkan secara mutlak (Menurut Hanafiyah)

Referensi:

1. Ibarot yang tidak memperbolehkan:

فصل: ولا يجوز أخذ القيمة في شيء من الزكاة لأن الحق لله تعالى وقد علقه على ما نص عليه فلا يجوز نقل ذلك إلى غيره كالأضحية لما علقها على الأنعام لم يجز نقلها إلى غيرها فإن أخرج عن المنصوص عليه سناً أعلى منه مثل أن يخرج عن بنت مخاض بنت لبون أجزأه لأنها تجزئ عن ست وثلاثين فلأن تجزئ عن خمس وعشرين أولى كالبدنة لما أجزأت عن سبعة في الأضحية فلأن تجزئ عن واحد أولى وكذلك لو وجب عليه مسنة فأخرج تبيعين أجزأه لأنه إذا أجزأه ذلك عن ستين فلأن تجزئ عن أربعين أولى.

——–

ص278 – كتاب المهذب في فقه الإمام الشافعي الشيرازي – باب صدقة الغنم – المكتبة الشاملة

2. Ibarot mengenai boleh membayar dengan uang jika ada ‘udzur:

يَجِبُ شِرَاؤُهُ لِأَنَّهُ يُمْكِنُ الْوُصُولُ إلَى جُزْءٍ مِنْ الْفَرْضِ وَلَا تُجْزِئُ فِيهِ الْقِيمَةُ (وَأَصَحُّهُمَا) لَا يَجِبُ بَلْ يَجُوزُ دَفْعُ الدَّرَاهِمِ بِنَفْسِهَا اتفقوا علي تصحيحه ممن صَرَّحَ بِتَصْحِيحِهِ صَاحِبُ الشَّامِلِ وَالْمُسْتَظْهَرَيْ وَالرَّافِعِيُّ وَآخَرُونَ وَوَجَّهُوهُ بِأَنَّهُ يَتَعَذَّرُ فِي الْعَادَةِ أَوْ يَشُقُّ قَالُوا وَلِأَنَّهُ يَعْدِلُ فِي الزَّكَاةِ إلَى غَيْرِ الْجِنْسِ الْوَاجِبِ لِلضَّرُورَةِ كَمَنْ وَجَبَ عَلَيْهِ شَاةٌ فِي خَمْسٍ مِنْ الْإِبِلِ فَفَقَدَ الشَّاةَ وَلَمْ يُمْكِنْهُ تَحْصِيلُهَا فَإِنَّهُ يُخْرِجُ قِيمَتَهَا دَرَاهِمَ وَيُجْزِئُهُ وَكَمَنْ لَزِمَهُ بِنْتُ مَخَاضٍ فَلَمْ يَجِدْهَا وَلَا ابْنَ لَبُونٍ لَا فِي مَالِهِ وَلَا بِالثَّمَنِ فَإِنَّهُ يَعْدِلُ إلَى الْقِيمَةِ.

——–

ص413 – كتاب المجموع شرح المهذب ط المنيرية – باب صدقة الأبل – المكتبة الشاملة 

3. Ibarot yang memperbolehkan dengan uang secara mutlak:

(قَالَ): فَإِنْ أَعْطَى قِيمَةَ الْحِنْطَةِ جَازَ عِنْدَنَا؛ لِأَنَّ الْمُعْتَبَرَ حُصُولُ الْغِنَى وَذَلِكَ يَحْصُلُ بِالْقِيمَةِ كَمَا يَحْصُلُ بِالْحِنْطَةِ، وَعِنْدَ الشَّافِعِيِّ – رَحِمَهُ اللَّهُ تَعَالَى – لَا يَجُوزُ، وَأَصْلُ الْخِلَافِ فِي الزَّكَاةِ وَكَانَ أَبُو بَكْرٍ الْأَعْمَشُ – رَحِمَهُ اللَّهُ تَعَالَى – يَقُولُ: أَدَاءُ الْحِنْطَةِ أَفْضَلُ مِنْ أَدَاءِ الْقِيمَةِ؛ لِأَنَّهُ أَقْرَبُ إلَى امْتِثَالِ الْأَمْرِ وَأَبْعَدُ عَنْ اخْتِلَافِ الْعُلَمَاءِ فَكَانَ الِاحْتِيَاطُ فِيهِ، وَكَانَ الْفَقِيهُ أَبُو جَعْفَرٍ – رَحِمَهُ اللَّهُ تَعَالَى – يَقُولُ: أَدَاءُ الْقِيمَةِ أَفْضَلُ؛ لِأَنَّهُ أَقْرَبُ إلَى مَنْفَعَةِ الْفَقِيرِ فَإِنَّهُ يَشْتَرِي بِهِ لِلْحَالِ مَا يَحْتَاجُ إلَيْهِ، وَالتَّنْصِيصُ عَلَى الْحِنْطَةِ وَالشَّعِيرِ كَانَ؛ لِأَنَّ الْبِيَاعَاتِ فِي ذَلِكَ الْوَقْتِ بِالْمَدِينَةِ يَكُونُ بِهَا فَأَمَّا فِي دِيَارِنَا الْبِيَاعَاتُ تُجْرَى بِالنُّقُودِ، وَهِيَ أَعَزُّ الْأَمْوَالِ فَالْأَدَاءُ مِنْهَا أَفْضَلُ.

——–

  ص 107-108  كتاب المبسوط للسرخسي – باب صدقة الفطر – المكتبة الشاملة

Baca artikel kami Penukaran Uang Dirham-Rupiah: Halalkah?

Ikuti kegiatan kami di Instagram @pcinumaroko

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *