Antara Ambisi dan Fokus Pengembangan Diri untuk Menjadi Perempuan Berdikari

PCI Fatayat NU Maroko mengadakan diskusi bersama sahabat Masriyah Sunada Wadi, Lc., M.A. dengan tajuk, “Antara Ambisi dan Fokus Pengembangan Diri untuk Menjadi Perempuan Berdikari” pada tanggal 30 Desember 2024. Diskusi ini merupakan upaya untuk memupuk kembali semangat dalam menyambut tahun baru 2025 yang berkah dan penuh harapan.

Definisi Ambisi

Ambisi selaras dengan keinginan, hasrat, dan semangat seseorang untuk mencapai impian dan tujuannya. Ambisi sendiri dibutuhkan agar mendorong diri mencapai hidup yang lebih baik, karena dengan memiliki ambisi kita akan mempunyai identitas yang baik pula. Ambisi juga disebut dalam firman Allah Swt.

فَاِذَا عَزَمۡتَ فَتَوَكَّلۡ عَلَى اللّٰهِؕ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الۡمُتَوَكِّلِيۡنَ.‏ ١٥٩

“Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal.” (QS. Ali ‘Imron: 159)

Menurut Sarah Boyd, ambisi berhubungan dengan pertumbuhan dan kemajuan yang pada akhirnya akan bisa menjadi penunjang value diri serta kesejahteraan dan kualitas hidup seseorang dalam berbagai aspek. Mulai dari pendapatan, karir, dan berbagai macam hal lainnya.

Apakah benar ambisi itu suatu hal buruk?

Ambisi akan menjadi suatu hal negatif bila merugikan, baik dampaknya terhadap orang lain maupun diri sendiri. Seperti seseorang yang menghalalkan segala cara agar ia mencapai tujuannya, hingga mengorbankan bahkan menyakiti orang lain dan tidak memedulikan keadaan mereka.

Lalu seperti apa ambisi yang positif? yaitu dengan berani menghadapi tantangan, berorientasi pada pencapaian, memiliki sifat kompetitif, disiplin, tekun, dan pantang menyerah. Seperti contoh, seseorang yang memiliki target dalam hidupnya, maka ia akan mampu melihat peluang yang mendorongnya untuk selalu ingin belajar hal baru untuk mempermudah mencapai tujuan.

Apa kaitan ambisi dengan pengembangan diri?

Pengembangan diri (self improvement) adalah suatu proses pembentukan potensi, bakat, sikap, perilaku, dan kepribadian seseorang melalui pembelajaran dan pengalaman yang dilakukan berulang-ulang sehingga meningkatkan kapasitas diri sampai pada tahap mandiri. Tentu, ini memiliki kaitan yang erat dengan ambisi, karena keduanya sama-sama memiliki motivasi untuk terus berusaha, belajar dari kegagalan serta keinginan untuk meng-upgrade diri menjadi the best version of self.

Banyak manfaat yang didapatkan dari pengembangan diri itu sendiri, di antaranya dapat meningkatkan keterampilan, meningkatkan kepuasan diri, menambah wawasan, meningkatkan kualitas hidup, mengatasi kemungkinan stres karena merasa jenuh dengan kestatisan diri, meningkatkan hubungan dan relasi dengan network yang lebih luas, serta meningkatkan kreativitas.

Seberapa urgent pengembangan diri di masa kini?

Akan muncul banyak jawaban yang terlintas di pikiran atas pertanyaan pada subjudul tersebut, dan beberapa sudah disinggung pada pembahasan sebelumnya. Faktor-faktor krusial yang mengharuskan kita untuk mulai mengembangkan diri terkhususnya di era globalisasi, informasi dan industri yaitu:

1. Persaingan dagang dan intelektual dengan negara lain termasuk negara Indonesia yang turut serta dalam kegiatan pasar bebas bersama ASEAN, Cina, Jepang, Korea, Australia dan Selandia Baru.

2. Lowongan kerja yang semakin sempit, mengingat banyaknya jumlah sarjana di Indonesia yang menjadi pengangguran.

3. Biaya hidup mahal, hal ini dapat diinisiasi dengan mulai membiasakan gaya hidup hemat seperti menabung dan berinvestasi untuk masa depan.

4. Penggunaan teknologi AI yang mengurangi pekerjaan manusia.

5. Jumlah perceraian dan anak tanpa ayah (fatherless) di Indonesia sangat besar, hal ini tentunya berdampak—terutama—pada kaum perempuan. Oleh karena itu, perempuan perlu terus mengasah keterampilan agar memiliki nilai yang memadai, sehingga dapat menjadi individu yang mandiri dan berdikari.

Pada akhirnya, semuanya harus berada pada porsinya dan tidak boleh juga untuk berlebihan dalam berambisi. Karena sejatinya, ajaran Islam menganjurkan agar hari ini lebih baik dari hari kemarin. Jadi, fokusnya adalah bersaing dengan diri sendiri seperti melawan kemalasan dan hawa nafsu, bukan dengan pencapaian orang lain. Kita bisa meniru dari banyaknya tokoh perempuan yang menginspirasi dalam memberikan sumbangsih serta dedikasinya baik berupa ilmu pengetahuan, pemikiran, maupun harta. Salah satu tokoh yang bisa kita teladani adalah Fatima Al-Fihri, perempuan hebat (asal Maroko) yang merupakan pendiri universitas pertama di dunia, Universitas Al-Qarawiyyin di kota Fes, Maroko. Beliau patut dijadikan role model agar semangat kita—khususnya perempuan—tidak pernah padam, untuk senantiasa menebar kebaikan dan kebermanfaatan.

Ikuti kegiatan kami lewat instagram @fatayatnumaroko

Simak artikel terbaru kami

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *