Kesaksian Ustadzah Maryam atas Karomah Mbah Maimoen

Di satu hari menjelang Idul Adha tepat pada tanggal 09 Juni 2022, kami perwakilan mahasiswa Nahdlatul Ulama di Maroko mengadakan agenda ‘sowan’ ke beberapa ulama di Maroko, salah satunya yaitu Ustadzah Maryam Ait Ahmad.
Ustadzah Maryam Ait Ahmad merupakan salah satu keturunan dari Syekh Tolhah ad-Darīj, tokoh sufi sekaligus pahlawan nasional di Maroko yang membantu membebaskan wilayah Tetouan dari cengkeraman penjajah kala itu.
Ustadzah Maryam menjabat sebagai ketua Persatuan Persaudaraan Maroko-Indonesia dan beliau juga merupakan dosen di Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Ibnu Tofail Maroko. Ternyata beliau juga memiliki hubungan yang sangat istimewa dengan sosok ulama kharismatik Indonesia, almaghfurlah KH. Maimoen Zubair.
Hal itu kami ketahui setelah beliau bercerita panjang lebar tentang kedekatannya dengan Mbah Moen yang sudah terjalin sejak lama. Dimulai sejak pengukuhan PCINU Maroko pada tahun 2011 silam, Ustadzah Maryam yang biasa dipanggil dengan Bunda Maryam ini merupakan sosok penting dibalik keberhasilan berdirinya PCINU Maroko. Beliau membantu pihak Kedutaan Besar yang kala itu dipimpin oleh Bapak Tosari sebagai Dubes.
“Ketika saya mengetahui bahwa Nahdlatul Ulama akan mendirikan cabang di Maroko, kala itu saya mencoba menghubungi aparatur setempat untuk meyakinkan mereka bahwa NU tidak memiliki kepentingan politik apapun melainkan hanya organisasi agama yang merepresentasikan pelajar Nahdlatul Ulama yang sedang menuntut ilmu di Maroko” ujar beliau, kemudian beliau melanjutkan “Sesudah mendapat persetujuan, saya lalu mengundang Syekh Maimoen untuk bersedia meresmikan berdirinya PCINU Maroko” kenang beliau.
Bunda Maryam memiliki banyak sekali kenangan dengan sosok Mbah Moen dan di antara banyak cerita tentang kunjungan beliau ke Indonesia, beliau berkali-kali mengucapkan satu kalimat yang menggambarkan sosok Mbah Moen “Syekh Maimoen adalah salah seorang wali di antara wali-wali Allah” ucap beliau dengan tatapan mata yang berbinar-binar.
Sejumlah karomah pun tak luput dari kesaksian beliau sendiri, di antaranya, pernah suatu ketika Bunda Maryam berkunjung ke Indonesia tanpa mengabarkan pihak manapun, baik Kedubes Maroko di Indonesia, KBRI Rabat ataupun Mbah Moen sendiri. Setibanya beliau di Indonesia, Bapak Tosari yang kala itu menjadi Dubes Indonesia untuk Maroko, mendapat kabar dari Mbah Moen yang mempertanyakan mengapa Bapak Tosari tidak memberi kabar kedatangan Bunda Maryam ke Indonesia.
Bapak Tosari yang tidak tahu ihwal tersebut, mengira Bunda Maryam tidak melakukan perjalanan ke Indonesia melainkan masih berada dalam kediamannya. Setelah Bapak Tosari menghubungi kediaman Bunda Maryam, benar saja, keluarganya mengkonfirmasi bahwa Bunda Maryam sedang berada di Indonesia.
Lalu Bunda Maryam dihubungi langsung oleh Mbah Moen, beliau mengatakan “Maryam, kenapa anda tidak mengabarkan saya kalau anda akan ke Indonesia?” sontak Bunda Maryam terbungkam, dan makin kaget lagi ketika Mbah Moen melanjutkan “Saya melihat anda disini (di kediaman Mbah Moen) kemarin, pokoknya anda harus datang ke tempat saya, anda harus datang” pungkas Bunda Maryam sembari menirukan suara Mbah Moen dengan lirih.
Mbah Moen juga pernah berkata kepada Bunda Maryam, “Maryam, anda aman, anda aman selama berada di Indonesia, InsyaAllah” bak petir menyambar, dawuh Mbah Moen langsung terijabah, ini dibuktikan dengan peristiwa kala kunjungan beliau ke Palu. Pada hari terakhir sebelum bertolak kembali ke Jakarta, panitia meminta Bunda Maryam untuk menetap dua hari lagi untuk menjadi pembicara pada salah satu seminar, tanpa pikir panjang Bunda Maryam mengiyakan permintaan tersebut. Sore harinya, beliau mendapat panggilan telepon dari UIN Syarif Hidayatullah, pihak UIN Syarif Hidayatullah mengingatkan kembali tentang kesediaan beliau mengisi seminar pada esok harinya. Akhirnya mau tidak mau beliau harus membatalkan seminar di Palu karena telah berjanji kepada pihak Syarif Hidayatullah sebelumnya.
Pada malam di hari itu juga, Bunda Maryam lekas bertolak menuju Jakarta untuk memenuhi undangan dari pihak UIN Syarif Hidayatullah, qadarullah tepat keesokan harinya Palu dilanda musibah tsunami yang meluluhlantakkan banyak bangunan, termasuk hotel yang Bunda Maryam sempat singgahi selama di Palu.
Karomah lain yang Bunda Maryam rasakan sendiri, yaitu ketika mbah Moen memberikan isyarat akan kepergian beliau. Pada kunjungan di tahun 2018 ke Indonesia, ketika hendak pamit untuk kembali ke Maroko, Bunda Maryam mengatakan “Ya Syekh, InsyaAllah saya akan kembali lagi ke Indonesia dan kita akan bertemu lagi” kemudian Mbah Moen membalas dengan tawa kecil sembari berujar “Mungkin anda tidak akan menemukanku lagi” dan benar saja, ternyata itulah pertemuan terakhir bagi keduanya. Setelah itu Mbah Moen wafat pada pertengahan 2019 silam ketika melaksanakan ibadah haji.
Mbah Moen juga merupakan Syekh Ijazah bagi Bunda Maryam. Mbah Moen memberikan beberapa butir wasiat di pertemuan terakhirnya “Kita sama-sama berjuang membawa panji dakwah islam, bagian saya di Timur, dan bagianmu di Barat” kemudian Mbah Moen menutup kalimatnya dengan do’a “Semoga kelak kita dipertemukan bersama di Surga Firdaus, jangan lupa untuk menarik tanganku ke Surga” Bunda Maryam menjawab “Baik ya Syekh, jika sebaliknya, maka jangan lupa juga untuk menarik tanganku ke dalam Surga”.
Ila Ruh KH. Maimun Zubair, al-Fatihah.
Kontributor: Muhammad Hikam Ali
Editor: Wafal Hana