WEBINAR HARI SANTRI 2020 BERSAMA SYEKH AZIZ EL-KOBAITHI IDRISSI HASSANI

Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) dan Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) Cabang Maroko melakukan kaloborasi kegiatan untuk memeriahkan peringatan Hari Santri Nasional 2020. Kegiatan ini dibuka dengan webinar bertemakan “أهمية علم التزكية لدى الطلبة ودوره في حل عزمات العصر” atau “Pentingnya Ilmu Tazkiyah bagi Para Penuntut Ilmu dan Perannya dalam Menjadi Solusi Problematika Zaman” yang dilaksanakan pada hari Selasa malam (20/10).
Webinar ini mengundang Syekh Dr. Aziz El- Kobaithi Idrissi Hassani atau yang sering disapa Syekh Kobaithi sebagai pemateri. Beliau merupakan Presiden Pusat Akademik Internasional Studi Sufi atau IACSAS Sufi Center yang berpusat di kota Fes, Maroko. Di masa pandemi COVID-19 beliau tetap istiqomah mengisi acara majlis ilmu dan berdakwah yang tentunnya dengan memanfaatkan kemajuan teknologi saat ini.
Webinar dikomandoi oleh Sdr. M. Fauzi Azhari sebagai moderator. Acara dibuka dengan penjelasan seputar latarbelakang pelaksanaan kegiatan yang berhubungan dengan perayaan Hari Santri Nasional 2020. Webinar ini bertujuan untuk mengingatkan kepada kita betapa pentingnya ilmu tazkiyah bagi para pelajar untuk menghadapi berbagai problematika zaman yang kian beragam.
Sesi pertama, sambutan. Moderator mempersilahkan kepada perwakilan tanfidziyah untuk memberikan sambutan. Sambutan kali ini disampaikan oleh Ang Yusuf sebagai wakil ketua II PCINU Maroko. Diantara kalimat yang beliau sampaikan “tanpa bimbingan guru, aku tak kenal Tuhanku. Dengan tarbiyah guru, aku dapat mengenal Tuhanku”.
Lalu, sambutan yang kedua disampaikan oleh M. Iqbal Manshury selaku mustasyar PCINU Maroko. Salah satu yang disampaikan oleh beliau adalah makna yang terkandung pada kata “santri atau سنتري”, yaitu:
-س bermakna ساترالعيوب yang memilik arti orang yang menutup Aib.
– ن bermakna نائب العلماء yang memiliki arti wakil dari para ulama.
– ت bermakna تارك المعاصي yang memiliki arti orang yang meninggalkan kemaksiatan.
-ر bermakna رغبة في عمل الخير yang memiliki arti senang melakukan perbuatan baik.
– ي bermakna اليقين بالله yang memiliki arti yakin kepada Allah Swt.

Sesi selanjutnya, pemaparan materi. Moderator mempersilahkan kepada Syekh Kobaithi untuk menyampaikan materi. Beliau memulai dengan penjelasan tentang pengertian ilmu tazkiyah, yakni manhaj al-adabi dan sebuah ilmu yang sangat penting dalam beragama. Hal ini didasari oleh hakikat manusia sendiri. Ketika kita berbicara tentang apa itu manusia, sesungguhnya manusia bukan hanya tentang fisikinya saja, tetapi juga tentang kejiwaannya. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Surat Al-Jum’ah ayat 2 yang menjelaskan tentang pentingnya memahami ilmu tazkiyah sebelum kita menuntut ilmu lain.
Beliau juga menyampaikan bahwasanya seseorang harus membersihkan diri dari sifat keji maupun sifat tercela lainnya sebelum ia menuntut ilmu. Hal ini dikarenakan banyak penuntut ilmu yang belum melakukan hal itu dan langsung terjun menuntut ilmu, sehingga ilmunya tidak bermanfaat bahkan sangat berbahaya bagi dirinya maupun bagi orang lain. Seperti buruknya moralitas seorang penuntut ilmu, salah pemahaman tentang bagaimana hidup beragama yang baik, hal-hal seperti ini dapat menyesatkan dirinya maupun orang lain.
Apa yang disampaikan oleh Syekh Kobaithi bersumber dari kisah juga perkataan ulama terdahulu. Diantara maqolah seorang alim yang beliau kutip adalah perkatan Imam Malik bin Anas kepada muridnya “wahai anakku, pelajarilah adab sebelum kamu menuntut ilmu”. Dan dikisahkan dalam kitab Siyari A’lami Al-Nubala bahwasanya Ibnu Wahab belajar adab yang melekat pada diri Imam Malik lebih banyak daripada belajar dari ilmu yang ia pelajari dari beliau.
Syekh Al-Baghdadi pun berkata “seorang santri seyogyanya adalah seorang yang paling sempurna tatakramanya, tawadlunya, beragamanya, dan paling sedikit kecerobohannya serta kemarahannya”. Dan masih banyak lagi perkataan maupun kisah yang dipaparkan oleh Syekh Kobaithi tentang pentingnya ilmu tazkiyah sebelum kita menuntut ilmu.
Kemudian, beliau menjelaskan tentang empat syarat berhasilnya seseorang dalam menuntut ilmu. Empat syarat itu adalah mempelajari kitab terpercaya menurut ahlussunnah (kutub mu’tabarah), tekun dalam menuntut ilmu, akal yang cerdas dan seorang guru yang mempunyai kredibilitas keilmuan.
Lalu, bagaimana metode pembersihan diri yang dapat menjadikan kita sebagai seorang penuntut ilmu bisa berhasil? Syekh Kobaithi memberikan resep kepada kita dengan menjaga tujuh anggota dari berbuat kemaksiatan, yaitu; kedua mata, telinga, mulut, ucapan, alat kelamin, tangan dan kedua kaki. Maka jagalah anggota-anggota tersebut, karena merupakan dasar dari seluruh kebaikan. Juga kelengahan kita dalam menjaganya itu adalah sumber dari segala keburukan.
Berlanjut ke sesi berikutnya, tanya jawab. Para partisipan terlihat antusias melontarkan pertanyaan, begitu juga Syekh Kobaithi terlihat sangat semangat dalam menjawab pertanyaan satu persatu. Suasana keilmuan di tengah webinar semakin terasa dengan adanya dialog interaktif yang sangat hidup.
Kalimat pujian Syekh Kobaithi akan tatakrama yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia baik itu ketika beliau berkunjung ke Indonesia, bertemu di Makkah saat haji atau umrah, maupun mahasiswa yang sedang belajar di Maroko menjadi pemungkas acara webinar. Webinar didokumentasikan di kanal youtube PCINU Maroko. Dengan disediakannya akses berbagi ilmu yang mudah, diharapkan setiap orang dapat merasakan nikmatnya berilmu. Aamiin.
Kontributor: Ahmad Hibban
Editor: Irma M. Jannah