Pengantin di Malam 27 Ramadhan


            Malam 27 ramadhan memiliki keistimewaan tersendiri bagi warga Maroko. Mereka meyakini bahwa malam ini sebagai  Lailatul Qadar ; malam yang lebih baik dari seribu malam. Karenanya, sudah menjadi adat setempat bagi para imam taraweh untuk mengkhatamkan Al-qur’an di malam istimewa ini. Sholat taraweh didirikan sepanjang malam sampai menjelang subuh dan dilanjutkan dengan tiga rakaat witir. Suasana masjid menjadi begitu syahdu dipenuhi  muslimin muslimat yang memburu pahala ramadhan dan fadhilah  Lailatul Qadar.

            Uniknya lagi, semangat untuk memuliakan malam ini tidak hanya dimiliki oleh para jamaah taraweh, tapi juga oleh anak-anak yang belum Mumayyaz, kurang dari tujuh tahun. Bagi mereka, ini adalah momen dimana mereka akan didandani bak pangeran dan puteri di hari pernikahannya. Tentunya kemewahan ini mereka dapatkan dengan memenuhi satu syarat, yaitu mampu berpuasa satu hari layaknya orang dewasa. Biasanya mereka akan berpuasa di hari itu; 26 ramadhan sebelum malamnya diarak naik ganafah (tandu khusus pengantin).

pict; pendamping pengantin

            Menjelang maghrib anak- anak terlihat sudah siap dengan pakaian pengantinnya, yang perempuan memakai Qaftan dan yang laki-laki memakai Ghandura. Tidak tertinggal juga ritual memakai hena (pacar tangan) bagi anak perempuan. perempuan maroko meyakini bahwa pemakaian hena adalah salah satu bentuk meneladani Fatimah binti Rasulullah SAW.  Kemudian, setelah sholat Isya’ mereka akan dinaikkan diatas ganafah yang diangkat oleh empat pemuda yang memakai  jalabah (baju adat maroko) dan diarak selama 15 menit atau lebih dengan diiringi musik dan sorak- sorai  penonton. Kebahagiaan dan keistimewaan yang mereka rasakan malam itu diharapkan dapat memicu semangat mereka untuk terus berpuasa di ramadhan mendatang.

pict: arak – arakan pengantin

            Peringatan ini juga mendatangkan berkah bagi para wedding organiser karena mereka yang menyediakan tenda pelaminan kecil lengkap dengan musik pengiring dan atribut lainnya. Tenda -tenda ini didirikan di lapangan atau di  pinggir jalan dan disewakan kepada para pangeran – putri cilik. Tak ketinggalan juga, mereka akan   menyediakan jasa dokumentasi untuk mengabadikan momen spesial ini.

            Jalanan dan lapangan disulap menjadi area pesta yang amat meriah dan padat pengunjung. Walaupun  kemeriahan tersebut kontras dengan suasana masjid yang dipadati jamaah, namun keduanya disatukan oleh tujuan yang sama yaitu untuk mengagungkan bulan dan malam yang mulia ini.

                                                                                                -WM-

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *