Penakluk Afrika Penguasa Maroko

Setelah penakluklan Mesir, Amr Ibn Ash mengirim Uqba, keponakannya, untuk menaklukkan wilayah Afrika Utara. 

Dijuluki “Penakluk Afrika” karena Uqba Bin Nafi Bin Qais Al Fihri berhasil menaklukkan wilayah Maghrib (meliputi Tunisia, Al Jazair, Libya dan Maroko). Dalam waktu kurang dari satu dekade, sekitar tahun 670 M. 

Sesampainya di Tanja, Uqbah menyebar kekuatan dan membawa 300 orang prajurit bersamanya. Tanpa diketahui, di sana para pimpinan tentara Berber, Kusaila, dan Romawi telah menggabungkan kekuatan, bersiap untuk menyerang Uqba. Alhasil, Uqba dan pasukan syahid dikarenakan jumlah yang sedikit dan tidak adanya persiapan.

Tahun 789 M, Idris Ibnu Abdullah yang merupakan keturunan Hasan Ibn Ali Ibn Abi Thalib membentuk kerajaan Islam pertama di Maroko. Bernama Dinasti Idrisiyah. Didirikan di wilayah bekas Romawi Kuno dan berkuasa selama hampir dua abad. Idris dibunuh oleh Sulaiman Ibn Jabir atas perintah Khalifah Abbasiyah, Harun Ar Rasyid. Yang kemudian diangkatlah Idris II (pada tahun 804 M) sebagai pengganti Idris I. Pembunuhan itu terjadi tidak lain karena kekhawatiran Harun atas kesuksesan dan kekuatan Idris dalam bidang kepemimpinan dan perluasan wilayah. Namun, Dinasti Idrisiyah baru dapat menguasai pelosok Maroko menjelang akhir masa pemerintahannya. Dan kemudian dipukul mundur oleh Bani Umayyah yang berkuasa di Spanyol.

Adapun sistem pemerintahan yang dianut Maroko sendiri adalah sistem kerajaan, dimulai dari Dinasti Idrisiyah (788-974), Fatimiyah (909-1094), Murabithin (1061-1147), Muwahhidin (1145-1269), Mariniyah (1195-1465), Sa’diyyah (1509-1627), dan Alawiyah (1631-sekarang). Raja Maroko saat ini, Raja Muhammad VI, merupakan penguasa ke-23 dari keturunan Alawiyyin dan raja ketiga secara konstitusional pasca kemerdekaan 1956.

Dijajah Prancis

Berawal dari kerja sama Raja Abdurrahman (penguasa Maroko tahun 1822-1859) dengan pedagang-pedagang Eropa. 

Banyak negara-negara Barat yang kemudian melakukan perdagangan dengan Maroko, terutama Prancis. Kemudahan akses yang diberikan oleh sang Raja membuat negara Eropa yang rakus ini berhasil mendominasi Maroko dengan cara melakukan invasi dalam bidang ekonomi dan politik.

Akhirnya di tahun 1830, Maroko berhasil dikuasai, dan Raja Abdurrahman berhasil ditumbangkan oleh Prancis. Bangsa Maroko dipaksa mengganti kebudayaan mereka dengan kebudayaan Prancis. Kekhawatiran Prancis atas misi bangsa Berber yang ingin menaklukanya dengan cara mempersatukan bangsa Maroko dan Arab, juga menjadi alasan pengubahan budaya tersebut. Lalu beberapa tahun kemudian, tepat pada 2 Maret 1956, Prancis mulai mundur dari tampuk kolonialnya. 

Penaklukkan andalusia

Kota Tangier, menjadi batas terakhir benua Afrika sebelum menuju ke benua yang sama sekali berbeda. Merupakan kota kelahiran Tariq Bin Ziyad. Sang penakluk semenanjung Iberia (meliputi Spanyol dan portugal termasuk selatan Prancis sekarang) yang namanya di abadikan menjadi nama selat, Giblatar. Juga merupakan selat penghubung antara Maroko dan Spanyol. Di sanalah awal mula Andalus ditaklukkan 12.000 pasukan Tariq berhasil mengalahkan 100.000 pasukan Redorick. Lembah Barbatte yang berada sebelum kota Toledo menjadi saksi pertempuran besar itu terjadi. Sebelumnya Toledo juga pernah dikuasai kerajaan Byzantium pada 192 SM, bangsa Vandal pada 409-429 M, dan bangsa Visigoth sejak tahun 567 M, lalu berhasil ditaklukkan oleh Thariq Ibn ziyad pada tahun 711 M. 

Orang Arab menyebut bangsa Vandal yang mendiami Spanyol dengan sebutan Andalusy, dari sanalah nama Andalusia dipakai.

Pada abad pertengahan Spanyol terkenal dengan pesatnya ilmu pengetahuan dan menjadi bukti kejayaan peradaban Islam di Eropa. Selama kurang lebih 8 abad, kemajuan pesat terjadi hampir di semua aspek seperti agama, ilmu pengetahuan, ekonomi, arsitektur, sosial, dan lainnya. 

Pada masa pemerintahan Al Hakam, ilmu pengetahuan berkembang dengan sangat pesat, seperti Bahasa dan Sastra (salah satu tokoh yang terkenal di bidang ini adalah Ibn Malik, pengarang kitab Alfiyah), Astronomi (Ibrahim Ibn Yahya Al-Naqqash), Ilmu Kimia (Abbas Ibn Farnas), Matematika (Alkhawarizmi), Kedokteran (Umm Al Hasan Binti Abi Ja’far), Filsafat (Ibn Ruysd), dan masih banyak lagi. 

Peradaban Islam di Spanyol memiliki konstribusi yang sangat besar terhadap ilmu pengetahuan di Eropa, begitu pun para cendikiawan Muslimnya. Sebagai contoh Ibn Rusyd. Tidak hanya terkenal di dunia Islam, pemikiran Ibn Rusyd juga mampu mempengaruhi umat Kristen. Bangsa Eropa bahkan mampu melepaskan diri dari belenggu taklid gerejawan. Tidak lain karena menganut pemikiran Ibn Rusyd (dengan logika Aristoteles), yang menganjurkan kebebasan berfikir.

Pada akhir abad ke 13 M, sudah banyak karya para cendekiawan Muslim yang diterjemahkan untuk kemudian menjadi materi bahan ajar di berbagai universitas di Eropa. Akibat transmisi Ilmu pengetahuan dari dunia Islam, terutama dari kekuasaan Baghdad (Abbasiyah) dan Spanyol (Umayyah), munculah beberapa gerakan penting yang membuat Eropa mengalami kemajuan yang signifikan. Diantaranya Gerakan Renaisance (sekitar abad 14 M), Gerakan Reformasi (sekitar abad 16 M), Rasionalisme (abad 17 M), lalu ada juga zaman pencerahan atau Aufklaerung (abad ke 18 M).

Runtuhnya Islam di Andalusia

Mezquita dulu adalah tempat para Muslim bersujud tapi sekarang Mezquita bukanlah milik kita. Pada abad ke-13 masjid Cordoba yang sangat diagungkan karena kemegahan dan keagungan gaya aristekturnya kini berubah menjadi Katedral Kristen. 

Faktor keruntuhan Spanyol tak hanya disebabkan oleh serangan dari luar tapi juga dari dalam.

Lemahnya kekhalifahan disebut menjadi alasan pertama. Berbeda dengan kejayaan di masa kepemimpinan Abdurrahman III dan Hakam. Hisyam II yang tiba-tiba diangkat menjadi khalifah di usia 11 tahun justru dimanfaatkan oleh orang-orang yang ambisius dan haus kekuasaan, sehingga kekhalifahan Islam mengalami kemunduran dan kehancuran.

Sistem peralihan kekuasaan dan kemorosotan ekonomi juga memicu perpecahan terjadi. 

Faktor lainnya adalah konflik antara umat Islam dan Kristen. Setelah menaklukkan Spanyol, para penguasa muslim membiarkan penduduk Spanyol memeluk agamanya, mempertahankan hukum dan tradisi mereka, hanya diwajibkan membayar upeti dan tidak memberontak. Kebijakan ini lah yang menjadi pemicu kemunduran-kemunduran tersebut. Warga Spanyol membentuk kekuatan untuk menyerang penguasa Islam. Pertengkaran antara dua agama tersebut tak berhenti sampai kekuasaan Islam benar-benar jatuh. Umat Kristen merasa bahwa keberadaan umat Islam adalah ancaman bagi mereka. Setelah kekuasaan Islam melemah, satu persatu kota-kota yang dikuasai Islam jatuh ke tangan orang Kristen.

Begitulah sekilas kisah kejayaan yang pernah terjadi. Andalus yang dulu penuh akan keilmuan dan megah akan keislaman, kini telah menjadi serupa dengan negara-negara Barat lainnya. Islam telah disingkirkan. Tapi sejarah tak bisa dihilangkan. Eropa yang dulu gelap akan keilmuan, berkat Islam mereka menjadi maju dan menawan seperti yang kita lihat sekarang. Eropa tanpa Islam hanyalah bulan tanpa matahari. Dia tak bersinar sendiri. Cahayanya hanyalah pinjaman.

kontributor : Nisfia Nurul Laila (Ma’had Al-Qadhi Al-Faqih Abdellah Bin Said, Oujda)

editor : Wafal Hana (Universitas Sidi Mohammed Bin Abdellah)

baca juga :

Kesaksian Ustadzah Maryam atas Karomah Mbah Maimoen

Instagram PCINU Maroko

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *