OMOB (One Month One Book) dengan Judul “Ayah” Mengundang Antusias Peserta

Kamis (26/11). Pukul 21.00 GMT, Fatayat NU Maroko kembali mengadakan kegiatan OMOB yang dimoderatori dan dibawakan oleh mahasiswi S1 Imam Nafie’ Tangier, yaitu Irma Mirshodatul Jannah sebagai moderator dan Khobirotunnisa sebagai pemateri. Dengan Judul yang dibawakan; “Ayah” yang tidak lain merupakan sebuah novel karya Andrea Hirata.
Pada malam itu, Khobirotunnisa atau yang biasa disapa dengan Oob membedah sebuah buku yang cukup terkenal. Ia membagi penjelasannya menjadi tiga bagian. Pertama, mengenai sosok novelis; Andrea Hirata, lalu kedua mengenai isi novel tersebut, dan yang terakhir adalah mengenai karakteristik kepenulisan Andrea Hirata di novel Ayah.
Pertama adalah mengenai sosok novelis. Oob bercerita sedikit mengenai novelis yang ia dapat dari sumber informasi yang tersedia. Dijelaskan bahwa seorang Andrea Hirata adalah seorang penulis yang sangat fenomenal dan dikenal. Ia telah mengeluarkan banyak karyanya yang luar biasa. Sebut saja novel “Laskar Pelangi” yang merupakan international best seller dan pernah dinaikkan ke layar lebar. Sebuah novel yang memberikan dampak positif pada masyarakat Indonesia.
Andrea Hirata sendiri merupakan mahasiswa lulusan ekonomi, namun kemudian ia mendapatkan beasiswa kasusastraan di Inggris dan menyelesaikan doktoralnya di sana. Sedangkan ciri khas Andrea dalam banyak novelnya, ia memiliki gaya bercerita story telling, dengan pemilihan karakter yang kuat, juga penyesuaian waktu dan tempat yang dibuat cukup jelas dalam cerita-cerita yang ditulisnya. dan yang tidak kalah penting, Andrea merupakan novelis yang berfokus pada impact nyata untuk pembacanya dengan gaya sastra yang tinggi. Ia ingin menjadi seseorang yang baik melebihi menjadi penulis yang baik.
Lalu yang kedua adalah mengenai isi novel Ayah. Dijelaskan bahwa novel tersebut berisi cerita tentang sekumpulan ayah. Seperti tokoh Sabari, Amirza, Syafii, Markoni, dan Niel, dengan fokus tokoh utama yaitu Sabari. Sedangkan tokoh lain yang bisa disebut; Lena, Zoro, Ukun, Tamat, Zuraida, Izmi, dan Bu Norma.
Cerita dimulai dari seorang bernama Sabari yang jatuh cinta pada seorang gadis petualang bernama Lena. Namun Lena tidak menyukai Sabari yang ia anggap sebagai lelaki yang aneh, culun, dan konyol. Lena menolak Sabari mentah-mentah. Dan masih Sabari tidak pantang menyerah. Setelah lulus SMA Lena memutuskan untuk menjelajah dan tidak melanjutkan pendidikannya. Hingga akhirnya ia mengalami kejadian hamil di luar nikah. Saat itulah singkat cerita orangtua Lena meminta Sabari untuk menikahi Lena. Dan akhirnya mereka menikah, Lena terpaksa Sabari bahagia. Meski mereka tidak pernah tinggal bersama sampai Lena melahirkan anaknya; Zorro.
Baru itulah mereka pindah ke rumah Sabari. Hingga berjalannya waktu, Lena menemukan cinta lain dan meninggalkan Sabari hingga membuat hatinya terluka. Ia juga membawa anaknya yang begitu disayangi oleh Sabari. Dan Sabari tiba-tiba saja hampir menjadi gila karena kerinduannya terhadap anaknya. Kondisi Sabari yang semakin mengkhawatirkan tiap harinya kemudian membuat temannya; Ukun dan Tamat berinisiatif untuk mencari Zorro. Begitu diceritakan sampai akhirnya mereka bisa membawa Zorro pulang dan Sabari bisa hidup normal kembali bersama anaknya dan sampai Sabari meninggal dunia.
Lalu yang terakhir mengenai karakteristik kepenulisan Andrea Hirata. Ia menghadirkan metafora yang cukup banyak dalam ceritanya. Terlebih ia juga menuliskan puisi-puisi yang indah dan menyentuh. Ia pun secara tidak langsung memberikan perhatian kepada kosakata Bahasa Indonesia yang harusnya bisa digunakan. Di samping ia juga memasukkan bahasa Belitong kuno yang mana jarang digunakan.
Cerita yang ditulis oleh Andrea betul diambil dari kisah-kisah sederhana, namun ia selalu berhasil menyajikannya sehingga menjadi kisah yang menarik. Di dalamnya tidak ketinggalan terdapat humor-humor yang bisa membuat pembaca tertawa atau sekadar tersenyum. Meski begitu, Andrea juga melengkapi ceritanya dengan pesan moral yang religious. Disampaikannya beberapa pesan seperti agar tidak melupakan kematian, agar bisa mengabdi kepada orangtua selama nafas masih diberikan, dan agar mencari teladan kepada siapa pun itu.
Ketika Oob selesai menyampaikan semua informasi mengenai novel Ayah tersebut dan berganti sesi; tanya-jawab, banyak peserta yang antusias dibuktikan dengan pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan mulai dari pertanyaan sederhana seperti pertanyaan mengenai alasan mengapa memilih judul ini untuk dibedah dan pertanyaan lainnya. Hingga akhirnya acara OMOB kali ini diakhiri dengan baik dan berkesan.
Kontributor: Nanda Azzah Salsabila