Maulid Nabi, Mahakarya Alam Semesta

PCINU Maroko, Dalam al-Quran banyak sekali uraian yang mendeskripsikan tentang Rasulullah, bahkan kita bisa melihat perjalanan serta sejarah perjuangannya. Ada yang berpendapat bahwa boleh jadi deskripsi tentang Nabi Muhammad berawal dari kelahirannya, padahal sebenarnya jika kita mengamati ayat-ayat al-quran terdapat penjelasan tentang rencananya untuk mengutus Nabi Muhammad jauh sebelum dirinya diutus. Nabi sendiri menyatakan bahwa dirinya telah ditetapkan Allah sebagai nabi sedangkan Adam sedang dalam proses kejadiannya antara jasad dan ruh. Pernyataan ini bukanlah omong kosong atau sebuah ilusi yang tak terbukti faktanya (Q.S Ali ‘Imran [3]: 81). Saya coba memberikan ilustrasi bahwa seseorang yang ingin melakukan sesuatu terlebih prihal yang besar tidak bisa ia tetiba langsung melaksanakan atau mengeksekusinya, tentu seharusnya ia merencanakan dan membuat desainnya sedini mungkin jauh hari sebelum eksekusi, begitu juga, Allah telah membuat desain-desain besar terhadap alam raya ini dan salah satu desain terbesar Allah adalah diutusnya Rasulullah Saw.
Persiapan Allah terhadap rencana tehadap alam raya ini dengan mengutus Rasulullah sebagai penutup para nabi dan rasul sangatlah mendetile, Allah ingin memperlihatkan manusia yang paling dicintai-Nya ini, Allah ingin menampakkannya dan menjadikannya central utama keteladanan di alam raya, dan tentulah kesemuanya ini bukanlah suatu hal yang kebetulan, melainkan semuanya sudah dipersiapkan matang-matang. Mulai sejak kelahirannya yang menyangkut banyak orang, bahkan waktu kelahirannya.
Kita perhatikan skenario Allah terhadap proses pengutusan kekasih-nya ini dari segi Nama orang-orang yang berperan dalam kelahiran Rasulullah.
Kakek Rasulullah bernama Syaibah dan lebih dikenal dengan Abdul Muthalib, Syaibah yang memiliki arti orang tua yang bijaksana, ayahnya bernama Abdullah/Hamba Allah, ibunya bernama Aminah/yang memberikan rasa aman, bidan persalinannya Rasulullah bernama as-Syaffa’/yang memberikan kesempurnaan dan kesehatan, ibu yang menyusuinya bernama Haliimah Sa’diyyah/yang berlapang dada dan selalu bahagia. Tentu nama-nama ini bukanlah suatu kebetulan, kesemuanya dalam konteks persiapan Allah, Ia telah mendesainnya sejak awal dan mengaitkannya dengan menuju kepada-Nya.
Dari segi waktu kelahirannya yang bertepatan pada tanggal 12 Rabi’ul awwal, tanggal ini hampir mencapai puncak purnama. Proses hijrah Nabi juga terjadi pada tanggal yang sama, begitu juga saat kewafatannya. Dan lahir di kota Mekkah yang saat itu relatif belum berperadaban tinggi, masih jauh dari perkembangan dan kemajuan.
Dalam konteks pembentukan karakter, Allah sendiri yang langsung mendidiknya. ini terbukti atas wafatnya ayah dan ibundanya sebelum ia tumbuh dewasa. Rasulullah yang tuna aksara dan hidup dalam suatu lingkungan yang tidak berperadaban dan berkemajuan tinggi, semua ini adalah bentuk skenario Tuhan dan di desain langsung oleh-Nya untuk mendidik dan mempengaruhi karakter dan kepribadian kekasih-Nya. Pernyataan ini telah dibenarkan oleh Rasulullah sendiri dengan membuat statement bahwa dirinya mendapat pendidikan dan bimbingan langsung oleh Tuhan sehingga dirinya adalah manusia Paripurna hasil didikan Tuhan. Atas dasar inilah bahwa apapun sekte dan agama atau bagaimanapun level tingkatan manusia kalau ia mempelajari sejarah dan kehidupan Rasulullah Saw., pasti ia akan mengakui dan mengklaim bahwa Rasulullah adalah manusia yang agung sekalipun ia tidak mengakuinya sebagai yang paling agung.
Kemudian kita coba mengira apa maksud dari skenario dan rencana Tuhan ini?, tentu banyak sekali maksud dan tujuannya, namun kita tidak bisa mengetahuinya secara pasti dan mendikte maksud Tuhan itu karena manusia sebagai makhluk yang terbatas. Bersamaan dengan itu Allah memberikan kisi-kisinya ketika kita hendak merenungi firman-Nya. Al-quran melukiskan umat Rasulullah sebagai sosok komunitas yang ideal yang berfungsi sebagai fatron bagi umat yang lain yang kemudian Rasul dijadikan sebagai teladan dan tokoh utamanya (Al-Baqarah [2]: 143), Allah ingin mendesain umat yang menjadikan Rasulullah Saw. sebagai suri tauladan dan tokoh utama dalam menjalankannya dan melangsungkan hidup dan kehidupannya yang kemudian barulah ia mencontoh kebaikan-kebaikan dari orang lain. Kesemua ini pada intinya adalah bahwa Rasulullah diutus sebagai pembawa rahmat bagi seluruh alam, tidak hanya bagi kaum muslim, atau manusia, bahkan seluruh alam raya.
Dalam konteks kecenderungan biasanya manusia memiliki 4 tipe, ada manusia dengan tipe seniman, pemikir, pekerja, dan ada yang cenderung senang beribadah. Biasanya seseorang hanya cenderung ke satu tipe atau beberapa tipe saja. Namun, kita bisa melihat kesemua tipe ini tercermin dalam diri Rasulullah. Begitu juga dalam konteks akhlakul karimah misalnya, seseorang biasanya hanya berada dalam satu atau beberapa kebaikan saja, namun sangat jarang sekali ada orang yang bisa menghimpun dalam semua kebaikan. Akan tetapi segala kebaikan yang ada itu tercermin dalam diri Rasulullah Saw. Seseorang yang mengaku dirinya penyabar, belum tentu orang mengakuinya dalam hal kejujuran. Atau orang yang mengaku dirinya bersikap proporsional, belum tentu ia bersikap objektif. Namun kesemua sikap dan perilaku baik ini ada dalam diri Rasulullah.
Tentunya semua tipe itu masih berada dalam koridor rahmat, artinya semua kegiatan yang berkenaan dan mengaitkan manusia tidak boleh keluar dari koridor rahmat, karena jika sudah keluar maka sudah bukan dinamakan ajaran islam, bahkan dalam hal tindakan ekstrim pun harus dengan disertai dengan rahmat. Singkat kata, jika ingin membuat orang kagum, maka lakukanlah aktifitas dan buatlah manuver dengan menjadikan rahmat sebagai standarnya, karena Rasul datang dan diutus sebagai rahmat bagi alam raya, bahkan begitu sangat besarnya rahmat yang ada dalam diri Rasulullah sehingga terkadang dorongan kasih sayangnya melampaui kehendak Tuhan. Dari sini bisa di instruksikan bagi siapa saja yang ingin berbicara dan meneladani salah satu akhlak dan prilaku mulia Rasulullah dalam keseharian, maka terlebih dahulu membicarakannya dan meneladaninya dari segi sikapnya sebagai Rahmat bagi seluruh alam.
Fakhruddin ar-Razi dalam kitab Mafatih al-Ghaib mengisahkan bahwa pernah ada seorang pemuda yahudi bertanya dan meminta untuk diterangkan prihal gambaran prilaku dan akhlak mulia Rasulullah secara sempurna kepada Umar bin Khattab namun dijawab tidak tahu. Ia bertanya kepada Bilal bin Rabah juga mengaku tidak tahu. Fatimah az-Zahra Putri Rasulullah-pun menjawab tidak tahu, kemudian pemuda itu mendatangi ‘Ali bin Abi Thalib, dan menjawabnya. Bisakah kamu menggambarkan kenikmatan duniawi secara sempurna?. “Jika sifat atau macam kenikmatan dunia saja kamu tidak bisa gambarkan secara sempurna yang oleh al-Qur’an disebutkan bahwa kehidupan kesenangan duniawi itu sedikit, bagaimana kamu mau minta kepada saya untuk menjelaskan sifat prilaku Rasulullah secara sempurna sedang Allah berfirman ‘Dan sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung’?!.”
Demikianlah, sebenarnya ketika seseorang ingin menulis artikel atau buku sejarah, biografi, atau sekedar berbicara dan berkisah tentang Nabi Muhammad Saw. Tidak akan mungkin bisa habis dan selesai. Karena apa yang kita tuangkan dalam tulisan dan kita diskusikan dalam seminar dan konferensi sebenarnya hanya sekelumit daripada keluasan tentang Rasulullah Saw. semakin kita ingin mengangkatnya dalam tulisan atau pembicaraan dalam diskusi maka semakin tidak akan mampu kita mengungkapkannya.
Tulisan ini hanya sekelumit bahkan setitik dari apa yang ada pada diri Rasulullah, sangat sedikit sekali, namun paling tidak yang sedikit ini mampu mengantarkan kepada Cahaya Keagungan Rasulullah.
Marhaban Syahro Robi‘, Marhaban Syarol Maulid, Marhaban bi Rasulillah. Keselamatan atasmu, karuniakan kami cahayamu sehingga mampu meneladani sifat dan prilaku mulia yang ada pada dirimu diantara sekeliling umatmu. Keselamatan atasmu, akui kami sebagai ummatmu Wahai Sang Pembawa Rahmat bagi seluruh alam raya.
***
Penulis; Andri Kurniadi, Mahasiswa S1 di Madrasah Qur’aniyyah Hassan II Casablaca.