Hari Santri Nasional, PCINU Maroko Galakkan Khazanah Kitab Kuning sebagai Solusi Peradaban

Perayaan Hari Santri Nasional (HSN) tahun 2020 ini sedikit berbeda dengan perayaan HSN pada tahun-tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan karena pandemi wabah COVID-19 yang melanda antero dunia. Meskipun demikan, bukan bearti kemeriahan HSN ini, tidak semeriah tahun-tahun sebelumnya. Perayaan Hari Santri tahun ini tetap meriah dengan diadakannya perayaan secara virtual. Dan itulah yang dilakukan para mahasantri Indonesia di Maroko yang diwadahi oleh PCINU Maroko.

Perayaan momentum HSN oleh PCINU Maroko ini mengusung tema yang bergaris besar “Santri, Khazanah Kitab Kuning, dan Kemajuan Peradaban”. Pemilihan tema ini didasari oleh perhatian terhadap sebagian stigma dan pandangan masyarakat yang berpandangan bahwa santri adalah kaum yang terbelakang dan kitab kuning tidak menjadi solusi bagi kemajuan peradaban masyarakat.

“Mengingat santri sering kali dipinggirkan hanya karena lebih cenderung belajar kitab kuning. Lalu mindset orang-orang di luar sana banyak beranggapan bahwa kitab kuning bukanlah solusi untuk perkembangan zaman, hanya bisa untuk dibaca tetapi tidak dapat untuk menyelesaikan masalah. Nampaknya dengan latar belakang seperti itu, perlu kiranya kita harus mengikis pemahaman-pemahaman yang tidak tepat ini, dengan bahwasanya belajar kitab kuning juga kitab-kitab referensi berbahasa Arab yang disimbolkan dengan warna kuning, semuanya bisa terselesaikan dengan baik.” begitu ujar Ali Dahry, Ketua Tanfiziyah PCINU Maroko.

Gus Ali, nama sapaan ketua tanfiziyah PCINU Maroko ini, juga menegaskan bahwa santri adalah penyambung keilmuan ulama-ulama terdahulu kepada masyarakat dalam menjawab permasalahan-permasalahan lewat kitab-kitab kuning yang dipelajari, terutama dalam menjawab kekhawatiran-kekhawatiran dalam halal atau haramnya suatu hal yang baru. Juga menjawab permasalahan demi mecapai suatu yang maslahat dalam kehidupan individu maupun bermasyarakat.

Perayaan HSN oleh PCINU Maroko diselenggarakan dengan cara WEBINAR, diskusi ilmiah, dan lomba. Diawali acara pertama adalah WEBINAR bersama Dr. Aziz El-Khobaiti Idrissi Hassani, Ketua Pusat Akademik Internasional Studi Shufi atau IACSAS Sufi Center yang berpusat di Kota Fes, Maroko, pada hari Selasa (20/10), dengan menggangkat tema “Ahamiiyatu Ilmi at-Tazkiyah ladat Thalabah wa Tathawuruhu fi hilli azimmatil ‘ashri” (Pentingnya ilmu tazkiyah bagi para santri dan perkembangannya dalam menjadi solusi problematika zaman).

Pada webinar ini beliau menyampaikan, bahwa dianjurkan bagi seorang penuntut ilmu untuk mengutamakan Ilm tazkiyah (ilmu pembersihan jiwa dan hati) sebelum mempelajari ilmu yang lainnya. Karena jiwa yang bersih akan mampu mengantarkan seorang santri mendapatkan ilmu yang bermanfaat. Dan semua itu bisa didapatkan dengan mempelajari kitab-kitab tradisional para ulama terdahulu.

Syekh Aziz Kobaithi juga mengingatkan agar seorang santri menjaga 7 anggota tubuh dari keburukan dan maksiat, yaitu mata, telinga, mulut, lisan, tangan, kemaluan, dan kaki. Semuanya dijaga dari segala maksiat dan sesuatu yang menimbulkan kerusakan. (Vidio lengkapnya, klik: https://www.youtube.com/watch?v=66_oPf4iddE&t=1717s)  

Setelah acara webinar dengan Syekh Aziz Kobaithi, dilanjut dengan diskusi luring dan daring pada hari Rabu (21/10). Acara diskusi yang diselenggarakan secara luring di sekretariat PPI Maroko dan daring via live streaming IG PCINU Maroko, mengangkat tema “Santri dan Kitab Kuning: Kunci Majunya Peradaban dan Solusi Problematika Zaman”. Dipimpin oleh Ust. Sibli Nasrulloh, Lc. (wakil katib syuriah PCINU Maroko)

Puncak perayaan HSN 2020 adalah webinaer bersama KH. Syarif Rahmat (pengasuh pondok pesantren Ummul Qura’ Pondok Cabe dan Padepokan Dakwah Sunan Kalijaga) dan KH. M. Abdurrohman Al-Kaustar (Pengasuh PP Al-Falah Ploso Mojo, Kediri) dengan mengangkat tema “Santri dan Kitab Kuning: Kunci Majunya Peradaban dan Solusi Problematika Zaman”.

Webinar ini dimoderatori oleh Sdr. Mu’tamid Ihsanillah, Lc. (Mahasiswa S2 Univ Muhammad V, Rabat) dan dihadiri sebanyak 82 peserta zoom dari berbagai daerah dan wakil PCINU negara lainnya, serta ratusan ribu viewers livestreaming di akun youtube PCINU Maroko, 164 Channel-Nahdhatul Ulama, NU Online dan Majalah Aula.

“Kita menjadi santri itu harus benar-benar menjadi santri yang tulen. Yaitu santri yang dalam setiap perbuatannya, amaliyahnya, didadasari oleh keilmuan yang mapan.” Dawuh Gus Kaustar. Beliau berpesan, menjadi santri tulen itu menjadi santri yang berkhidmah kepada guru. qad yudrakul ilmu wa la tudrakul khidmah, semua ilmu bisa didapatkan dengan dipelajari, tapi tidak semua dapat berkhidmah kepada ilmu dan guru. Tanda khidmah kepada ilmu adalah ilmu itu bisa bermanfaat kepada orang lain. (vidio lengkapnya, klik: https://www.youtube.com/watch?v=_4mKjo3SjpI&t=4082s)

Acara perayaan HSN ini ditutup pada tanggal 1 november 2020 dengan pengumuman pemenang lomba fotografi dengan tema “Santri dan Peradaban” yang digagas oleh teman-teman media LTNU PCINU Maroko.

Kontibutor: Khoirul Ibad

Editor: Irma M. Jannah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *