Catatan Ringkas Syekh Prof. Dr. Muhammad Ar-Roughi Az-Zarwali Al-Maghribi mengenai kitab “Ad-Durrul Farid fi Syarhi Jauharah at-Tauhid” karya KH. Abul Fadhol Senori

Sekapur Sirih
Pada moment peringatan kemerdekaan Republik Indonesia Agustus 2021, PCINU Maroko bekerjasama dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia telah mengadakan acara bergengsi perdana bernama “Seminar Ma’ridh Kitab Ulama Nusantara dan Festival Kebudayaan Indonesia”. PCINU Maroko mendatangkan langsung para ulama besar negeri seribu zawiyah ini untuk meresensikan beberapa karya ulama Indonesia dalam seminar yang diadakan di gedung wisma duta di Ibukota Rabat.
Acara besar ini diinisiasi dan dikomandoi oleh LDNU dan dibantu oleh seluruh divisi PCINU Maroko. Dengan rahmat Allah, tiga kitab dalam bidang yang berbeda telah berhasil dibedah dan ditelaah yaitu:
–Jawahir al-Ulum fi Kasyfi al-Ma’lum karya Syekh Nuruddin ar Raniri Aceh
–Thariqat al-Hushul ‘ala Ghayat al-Wushul karya KH. Sahal Mahfudz Pati
–Ad-Durrul Farid fi Syarhi Jauharah at-Tauhid karya KH. Abul Fadhol Senori Tuban
Ada tiga ulama besar yang mengisi seminar resensi ketiga kitab ini yaitu:
-Syarif Dr. Abdul Mun’im bin Shiddiq Al Ghumari (Ahli Hadis dan Tasawuf Maroko)
-Prof. Dr. Maulay Idris Fasi Al Fihri (Wakil Rektor Universitas Qarawiyyin)
-Prof. Dr. Syekh Muhammad Rougi Zarwali (Mantan Rektor Universitas Qarawiyyin)
Maka di sini kami sajikan catatan ringkas resensi yang diterjemahkan dari pembentangan Syekh Prof. Dr. Muhammad Rougi al Fasi Zarwali Hafizhahullah sebagai berikut:
Pertama: Sekilas tentang penulis syarah kitab Jauharah Tauhid.
Beliau adalah seorang Syekh Allamah Rabbani Abul Fadhol bin Syekh Abdus Syakur al-Indonesi al-Jawi as-Senuri at-Tubani. Dilahirkan di desa Jatiraga Tuban, Jawa Timur pada tahun 1335/1917. Telah menghafal al-Quran dan banyak matan kitab ilmu agama, serta mempelajari berbagai macam bidang ilmu agama dan ilmu bahasa Arab kepada ayahnya Syekh KH. Abdus Syakur dan Syekh Allamah KH. Hasyim Asy’ari Jombang.
Kyai Abul Fadhol dikenal dengan kecerdasannya sejak berusia dini, ingatannya kuat dan hafalannya cepat. Disamping itu juga dikenal dengan cakrawala keilmuannya yang luas dalam menuntut ilmu agama dan ilmu bahasa Arab yang dibuktikan melalui karya yang akan kami persembahkan pada hari ini. Beliau juga dikenal dengan adab dan akhlaknya saat mengarang buku, kala mengajar dan berinteraksi dengan orang lain. Beliau memiliki beberapa karya tulis dalam berbagai bidang keilmuan diantaranya:
–Kitab Durrul Farid Syarah Jauharah Tauhid
–Kitab Tashilul Masalik Syarah Alfiyah Ibnu Malik
Siapapun yang telah membaca karyanya akan mengetahui bahwa disamping kepakaran dalam ilmu agama, beliau juga spesialis dalam seluk-beluk ilmu bahasa dan sastra Arab baik berbentuk prosa maupun syair. Beliau wafat pada tahun 1409/ 1989 M.
Kedua: Tema kitab “Perihal syarah nazham Imam Laqqani dalam Akidah Asy’ariyah”.
Sekilas mengenai akidah Asy’ariyah yang dinisbahkan kepada Imam Abul Hasan al-Asy’ari (w.324 H), diantara keistimewaan manhaj Asy’ariyah adalah:
-Menghimpun antara dalil ‘aqli dan naqli
-Metode tafwidh dan takwil berlandaskan kaidah ilmu yang kokoh dan aturan bahasa Arab yang jelas.
-Bersih daripada paham tajsim, tasybih dan akidah ahli bid’ah.
-Berlandaskan dalil naqli dan bukti logika aqli.
-Moderat, proporsional dan Ideologis.
-Wadah persatuan antara umat di berbagai dunia Islam.
Ketiga: Kualitas ilmiah dari kitab.
Kitab Durrul Farid ini memetakan berbagai macam materi ilmu mulai dari hal akidah, ayat al-Qurannya, hadis, fiqih, ushul fiqh, ilmu mengenai bahasa Arab seperti nahwu, balaghah, sastra Arab, lalu ilmu logika seperti mantiq, filsafat, ilmu debat dll.
Dalam buku ini, penulis bermaksud untuk merinci, meneliti, dan menyelidiki masalah dan membahasnya secara mendalam dengan kualitas dan kedalaman bahasanya lalu menyertakan banyak bukti ilmiah untuk menopang argumennya yang disampaikan dalam bentuk tulisan prosa, untaian syair Arab dan nukilan-nukilan yang sangat bagus.
Kemudian, berbagai nukilan ilmiah yang disertakan penulis, tak lupa di permulaan beliau menyebutkan sanad ketersambungan dengan kitab nazham akidah ini yang di dapat dari guru-gurunya hingga sampai kepada pemilik manzhumah; Imam Ibrahim Laqqani rahimahullah.
Keempat: Metode yang digunakan saat memaparkan dan menganalisa.
Dalam buku ini sang penulis mengikuti pola para ulama secara umum saat memberi penjelasan (syarah) kepada literatur dan isi dari sebuah kitab (matan), dengan tetap menggunakan gaya metode ilmiah mereka. Di sini ada beberapa pendekatan yang ditempuh sang penulis dalam menjelaskan isi dari kitab Jauharah Tauhid:
- Memberi penjelasan linguistik dari bait nazham baik secara tersendiri maupun kombinasi, lalu menjelaskannya lebih lanjut maksud dari nazham tersebut secara umum. Kemudian membahas masalah secara lebih luas dengan menukil beberapa pendapat ilmiah sembari mengomentarinya, memberi kritikan jika diperlukan dan menyimpulkan pendapat mana yang kuat, begitulah seterusnya dengan sangat ilmiah.
- Memaparkan point-point masalah yang tengah dibahas dari beberapa pernyataan para ulama sembari memastikan sumber nukilan pernyataan tersebut.
- Metode tanya-jawab (memaparkan redaksi dan menjawabnya)
- Dalam berargumen dan berteori menggunakan kaidah mantiq seperti:
الوقوع دليل الجواز : الوقوع فرع الجواز
- Menggunakan argumen dalil naqli dan ‘aqli.
- Menyelami berbagai persoalan ilmiah dari berbagai aliran teologi, yurisprudensi (fiqih), tasawuf, filsafat dll.
- Materi yang berisi syair ditambah nukilan sebagai penguat argumen serta pengguasaan yang baik saat memaparkannya.
- Penjelasan yang kompherensif dan penggayaan dengan berbagai faidah-faidah ilmiah, faidah nahwu, balaghah, mantiq, filsafat, tasawuf dll.
- Memperluas penjelasan secara detail pernyataan sang penulis nazham mengenai sebagian berita dan informasi sejarah; seperti kisah para sahabat dan perselisihan yang terjadi diantara mereka dalam redaksi ucapan penulis nazham:
وأول التشاجر الذي ورد إن خضت فيه واجتنب داء الحسد
Sama halnya saat penulis nazham menyebut Imam Malik dan para Imam dari kalangan fuqaha dan ahli tasawuf dalam redaksi berikut:
ومالك وسائر الأئمة كذا أبو القاسم هداه الأمة
- Memaparkan persoalan akidah yang detail sembari merangkai dan menjelaskannya, sebagaimana saat menjelaskan ucapan penulis nazham:
واختير أن أسماءه توقيفية كذا الصفات فاحفظ السمعية
Kyai Abul Fadhol menjelaskan: “Maksudnya adalah para ulama ahli kalam berbeda pendapat mengenai kebolehan menggunakan nama bagi Allah yang tidak ada nashnya dalam agama. Kaum Muktazilah berpendapat : kebolehan akan hal tersebut selama tidak mengandung unsur kekurangan -Imam Baqillani dan ulama yang mengikutinya condong kepada pendapat ini-.
Sedangkan mayoritas ulama Ahlussunnah berpendapat menggunakan nama bagi Allah yang tidak ada dalil al-Quran dan al-Hadisnya adalah suatu yang terlarang, ini adalah pendapat yang paling benar!. Sementara itu Imam Haramain dan ulama yang mengikutinya tawaqquf dan tidak memberikan komentar sedikitpun. Begitu pula -pendapat paling sahih- perihal masalah sifat bagi Allah Taala, tidak diperbolehkan menganggap suatu sifat bagi Allah yang tidak ada nashnya dalam syariat. Namun Imam Ghazali sependapat dengan Muktazilah dalam hal kebolehan mensifati Allah walaupun tidak ada redaksi dalam nash syariat.
Kelima: Sumber pegangan pensyarah dalam menyebutkan tokoh dan kitab.
Keenam: Pengambilan keterangan dari para pembesar ulama Asy’ariyah yang berasal dari kalangan Syafi’iyyah dan Malikiyah serta pemaparan pemikiran mereka dalam ilmu kalam di suatu tema tertentu tanpa membeda-bedakan. Saat menjelaskan redaksi nazham mengenai iman orang yang taklid yang berbunyi:
إذا كان من قلد في التوحيد إيمانه لم يخل من ترديد
فقيد بعض القوم يحكي الخلفا وبعضهم حقق فيه الكشف
فقال إن يجزم بقول الغير كفى وإلا لم يزل في الضير
Kyai Abul Fadhol menjelaskan: “maksudnya adalah para ulama berselisih pendapat mengenai keabsahan iman hanya dengan bertaklid. Mayoritas ulama seumpama Imam al-Asy’ari, al-Qadhi al-Baqillani dan Imam Haramain- juga Imam Malik seperti yang disampaikan oleh Ibnu al-Qashar- bahwa tidak mencukupi keimanan berdasarkan taklid, mengetahuinya adalah sebuah keharusan!”
Ketujuh: Pemaparan pemikiran ahli filsafat muslim, Nasrani dan lainnya serta mendiskusikan pemikiran kaum Nasrani dan bantahan terhadap mereka dengan cara yang ilmiah seperti misalnya mendiskusikan pernyataan George Bush dan selainnya.
Kedelapan: Beberapa hal yang perlu diperhatikan.
- Adanya kesalahan redaksi saat dicetak.
- Kealpaan dalam menjelaskan dialek suku Rabi’ah dalam nazham:
لكنْ مِنَ التّطويل كلّتِ الهِمم فصار فيه الاختصارُ ملتزَمْ
- Saat menyebutkan biografi Imam Malik beliau menggunakan kata مهابا, sedangkan sebaiknya menggunakan kata مهيبا , karena kata مهابا memiliki makna “seorang yang ditakuti (bukan yang disegani)”, lafadz ini berakar dari kata kerja أهابه-يهيبه أي إذا أخافه.
- Terkadang mempersingkat penjelasan (yang sebaiknya diperpanjang), seperti saat menjelaskan nazham:
ونزّه القرآن أي كلامَه عن الحدوث واحذَر انتقامَه
وكل نص للحدوث دلاّ احمِل على اللفظ الذي قد دلاّ
Kyai Abul Fadhol menjelaskan; “komentarku bahwa wajib bagi kalian untuk mengambil sikap tanzih (mensucikan) al-Quran dari mengatakan ia makhluk, kalian harus meyakini bahwa al-Quran bukan makhluk. Dahulu telah disebutkan landasan mengenai hal ini dalam pembahasan sifat kalam. Jika ada redaksi yang berasal dari syariat yang mengarah kepada kebaharuan al-Quran maka segera alihkan kepada kemungkinan makna lain yang dikandung lafadz tersebut.”
Kesembilan: Pesan agar kitab ini ditahqiq dan diberikan perhatian lebih, serta menuliskan biografi tokoh yang disebutkan oleh beliau dan beberapa perkara yang perlu kepada penjelasan lebih detail.
Kesepuluh: Melihat kualitas ilmiah dari kitab ini, maka selayaknya kitab ini dijadikan silabus pembelajaran mengenai akidah Asy’ariyah di berbagai kampus yang ada di Indonesia dan di kampus-kampus Islam lainnya.
Maka saya akhiri resensi kitab ad–Durrul Farid ini dengan untaian syair berikut:
أُسرِّحُ عيْني هلْ أرَى مِن وراءِها شُخوصا طفَا إبداعُها فوْق مائــــــها
فأُبصِرُ أنّ الأرضَ تُزهِرُ فَوْقـــها رجالا لهم في العلم فيضُ دِلائــــِــــهـا
همُ شرّفوها دائــــــما بعلومــــــــهم وأعلــَـــــــــــــــــــــــــوْلَها هاماتِها لِسَمـــــــائــها
وأشرقــــــتِ الدنيا بهم وتربـــربتْ وقام على الآفاق طيبُ هَوائــــِـــــــــها
فمنهم أبو الفضل السَنوريُ قد أتى وعطّر جاوى من شَــذَى علمائِـــــــها
هو العالم النِحرير قد جاد فكرُه بدرّ فريدٍ ســــــــــــــاطعٍ بضيائـــــــــــــــــــــهـا
كتاب نفيس حــــافلٌ بمعـــــــارفٍ تلوح لمن يرْنُو لهــا في خِبائـــــُــــــــــــــــهــــا
فأكرِم به شرحـــا نفيسا موسَّــعا وأنعِم به صرحا علا بفِنائـــــــــــــــــــــــهــــا
Sale Maroko, 7 Maret 2022 M / 4 Sya’ban 1443 H
Kontributor: Shufi Amri Tambusey (Anggota LDNU Maroko)
Editor: Wafal Hana