Bag. 4 – Masjid Hasan II; Masjid Eksotis Terbesar di Benua Afrika

Kontributor: Muhammad Ihsan Mahbub | Editor: Irma M. Jannah
Masjid Hassan II (Arab مَسْجِدُ آلْحَسَنِ آلثَانِي) merupakan nama masjid yang terletak di Casablanca, Maroko. Masjid ini mulai dibangun pada tahun 1986 untuk memperingati ulang tahun mendiang Raja Maroko Hassan II. Didesain oleh arsitek berkebangsaan Prancis; Michel Pinseau dan dibangun oleh sebuah perusahan kontruksi Prancis; Bouygues Construction. Masjid ini disebut-sebut sebagai yang terbesar kedua di dunia setelah Masjidil Haram di kota Makkah. Masjid ini memiliki minaret tertinggi di dunia dengan ketinggian 210 meter (689 kaki) dan memiliki kapasitas 25.000 orang dan ditambah lagi dengan pelataran yang mampu menampung 80 ribu jemaah.
Gagasan membangun masjid besar di Casablanca ini mencerminkan keinginan kerajaan untuk menyediakan kota metropolitan Casablanca dengan monumen spiritual dan peradaban Maroko yang hebat, memberikannya perkembangan kota yang harmonis dan memungkinkannya untuk meningkatkan pancaran serta pengaruhnya berdasarkan iman, kesalehan dan toleransi. Selain itu, mahakarya arsitektur Arab-Muslim dan salah satu bangunan religius terindah di dunia ini, adalah salah satu dari sedikit bangunan keagamaan di Maroko yang dibuka untuk non-Muslim.
Alm. Raja Hassan II, meletakkan batu fondasi masjid ini pada 5 Dzulhijjah 1406 H bertepatan dengan 11 Juli 1986. Proses pembangunan berada di bawah pengawasan efektif dan harian dari Yang Mulia Hassan II, beliau ingin memastikan bahwa bangunan besar ini mencerminkan kekhasan artistik dari arsitektur Maroko asli, juga menonjolkan desain dengan nilai keterbukaan terhadap inovasi teknologi.
Di antara teknologi tinggi yang diaplikasikan di masjid megah ini adalah; cahaya laser yang menjangkau hingga jarak 30 km sebagai penunjuk arah kiblat dan penambah esensi keindahan tersendiri di malam hari, pemanas lantai untuk mengontrol temperatur ruangan masjid melalui lantainya ketika suhu dingin, pintu elektrik, rancangan atap yang bisa dibuka tutup dengan teknologi mutakhir dan beberapa bagian lantai masjid menggunakan kaca tebal sehingga memungkinkan jemaah melihat Samudera Atlantik yang menyapu bebatuan di bawah masjid. Selain itu, masjid ini secara keseluruhan berukuran sangat besar dengan dekorasi interior ruang salat yang mengagumkan, ditambah dengan sentuhan ukiran tangan para pengukir profesional dan dekorasi motif-motif yang berbahan dasar semen. Sebuah tim besar para maestro pengukir dipekerjakan khusus menangani proyek pembangunan masjid ini. Bahan-bahan terpilih berupa kayu cedar dari kawasan Atlas, batu pualam dari pegunungan Agadir dan batuan granit dari Tafroute.

Melalui mahakarya arsitektur ini, Yang Mulia Hassan II bermaksud ingin mengingatkan pentingnya mengabadikan nilai perjalanan sejarah Maroko di antara orang-orang Maroko dan masyarakat luas, memperesentasikan seni arsitektur otentik dan melestarikan warisan peradaban, apalagi masjid ini lahir dari bakat-bakat hebat para pengrajin Maroko yang telah dihidupkan kembali oleh tangan maâlem (master) keindahan dan segel indah arsitektur Maroko yang berkolaborasi dengan salah seorang arsitek profesional Prancis. Lebih dari 6000 seniman maroko dipekerjakan untuk menjalankan proyek pembangunan masjid ini. Biaya proyek sendiri mencapai setengah miliar dolar dan sebagian besar dana tersebut merupakan sumbangan dari rakyat Maroko sendiri.
Pembangunan masjid Hassan II di Samudera Atlantik yang diilhami oleh ayat Al-Qur’an “wakana ‘arsyuhu ‘ala al-ma’” yang artinya; tahta Tuhan berada di atas air (QS. Hud : 7) adalah ide perintis yang dimaksudkan untuk mengajak orang-orang beriman yang pergi ke masjid ini untuk mengingat kebesaran Tuhan yang menciptakan laut dan langit.[1]
Demikian bangunan megah ini diresmikan pada acara perayaan bantuan dunia Muslim al-Maulid 12 Rabiul Awal 1414 H yang bertepatan dengan tanggal 30 Agustus 1993.
[1] https://www.fmh2.ma/en/mosque/hassan-2-mosque