Apakah dibenarkan agama berakulturasi dengan budaya?

Agama dan budaya di Indonesia, jika dilihat dari konteks Islam yang berkembang dan hidup di nusantara ini telah menjadi hubungan simbiosis. Agama butuh alat atau pun metode untuk disampaikan kepada masyarakat. Agar orang paham terhadap agama, maka dibutuhkan metode ataupun alat supaya agama itu bisa dipahami orang.

Pada hari Sabtu 22 Agustus 2020 dengan membawa misi Islam yang berbudaya, Lesbumi NU Sudan mengadakan webinar internasional dengan tema “Peran Budaya dalam Meneguhkan Keislaman.” Webinar tersebut menghadirkan KH. Agus Sunyoto, M. Pd. (Ketua Lesbumi PBNU dan sejarawan) dan M. Tajul Mafachir, BA. (Pengasuh PP. Asy Syafi Kutorejo, Nganjuk) dan mengundang Lesbumi NU yang ada di seluruh Mancanegara, mulai dari PCINU Arab Saudi, PCINU Rusia, PCINU Malaysia dan 50 duta NU di belahan bumi lainnya. Lesbumi NU Maroko pun mendapat undangan untuk menghadiri acara tersebut. Maka diutuslah Saudara Ihsan Mahbub sebagai delegasi Lesbumi NU Maroko untuk menghadirinya.

“Kita sebagai duta budaya dan seni Indonesia di luar negeri, apa yang seharusnya kita lakukan?” begitu pertanyaan ini dilontarkan KH. Agus Sunyoto pada awal ia memulai materi budayanya, mengajak kepada setiap hadirin tenggelam dalam tema yang diangkat dalam webinar ini.

“Budaya berasal dari Bahasa Sansekerta, terdiri dari budi dan daya. Budi beartikan hasil akal manusia, sedangkan daya adalah ikhtiar, usaha, dan hasil dari kekuatan akal manusia.” ujar KH. Agus Sunyoto.

Dijelaskan pada webinar yang dihadiri 55 peserta itu, ada beberapa hal yang perlu dicatat. Mengapa budaya di nusantara; agama dan budaya, atau budaya dan tradisi menjadi alat atau metode dalam penyampaian agama. Maka, apakah dibenarkan agama berakulturasi dengan budaya?

“Pertama, supaya agama lebih mudah dipahami. Karena jika pesan-pesan agama disampaikan dengan mengikuti budaya Timur Tengah, tentunya akan ada kesenjangan budaya. Sehingga akan kesulitan untuk memahami dan menerima pesan-pesan agama tersebut,” ujarnya.

Oleh karena itu, sejak zaman Walisongo digunakanlah metode atau tradisi nilai-nilai kultur masyarakat lokal nusantara ini sebagai alat untuk menyampaikan ajaran agama Islam. Dan itu terbukti ampuh, sehingga dalam waktu kurang dari 50 tahun, Walisongo mampu mengislamkan masyarakat nusantara dari yang semula 90% Hindu-Budha berbalik menjadi 90% Islam.

“Pewarisan budaya Walisongo di nusantara tidak berubah sampai sekarang dan budaya memang tidak bisa dipengaruhi oleh siapapun. Karena begitulah nilai dari sebuah budaya, Waliongo juga sudah mengikat budaya dengan agama.” jelas KH. Agus Sunyoto dalam catatan Saudara Ihsan Mahbub.

Kebudayaan sudah menjadi nafas nusantara. Islam tidak dapat menghirup udara di nusantara kecuali menghirupnya lewat kebudayaan. Seperti contohnya Sunan Bonang ketika diangkat menjadi imam Masjid Agung Tuban, beliau mengadakan upacara Syahadatain atau sekarang dikenal sebagai upacara Sekaten.

Selanjutnya beliau menjelaskan bahwa agama dan budaya adalah saling berkaitan dan tidak bisa dipisahkan, karena nilai budaya yang baik itu tidak bertentangan dengan agama: “Agama kalau dianut orang yang tidak berbudaya malah akan berbahaya karena dia menafsirkan agama sesuka dia, maka muncullah dari sini sekelompok orang-orang yang sering mengkafirkan orang lainnya. Dan agama yang dianut oleh negara yang berbudaya tinggi maka In Syaa Allah akan menjadi negara yang Rahmatan Lil’ ‘Alamiinn.”

Sedangkan pada sesi KH. M. Tajul Mafachir, BA. (Pengasuh PP. Asy Syafi Kutorejo, Nganjuk), beliau memaparkan tentang budaya dan sejarah Islam di Sudan. Seperti halnya tentang masuknya Islam ke Sudan pada tahun 651 M, kebudayaan mistis Sudan yang lumayan cukup kuat dan penjelasan bahwa di Sudan terdapat 220 piramida yang menjadi saksi bisu kebudayaan Sudan. Lalu beliau berkata, “Sudan bertahan sampai saat ini karena diperkuat oleh komunitas-komunitas Islam di Sudan yang memiliki pemahaman kebudayaan yang tinggi.”

Penutup. Acara webinar seperti ini sangat bermanfaat untuk mengajak kita para duta seni dan budaya Islam Indonesia untuk terus belajar dan memahami budaya di nusantara. Budaya adalah nafas bagi Indonesia, Islam dapat hidup dan berkembang dengan damai di Indonesia melalui nafas-nafas budaya yang ada di nusantara.

Kontributor: Lesbumi NU Maroko 20-22
Editor: Irma M Jannah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *